Hipertensi menjadi masalah utama kesehatan global, termasuk di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan (44,13%), diikuti Jawa Barat (39,6%). Hipertensi disebut sebagai “silent killer”, yang memerlukan kepatuhan dalam mengonsumsi obat antihipertensi untuk mencegah penyakit kardiovaskular, seperti infark miokard dan stroke. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi pada karyawan PT IBR Purwakarta yang menderita hipertensi menggunakan Metode Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8). Metode ini lebih murah, akurat, dan menyajikan informasi tentang sikap serta keyakinan tentang obat. Metode ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 7 pertanyaan dengan jawaban iya/tidak, dan 1 pertanyaan pilihan ganda, ditambah 3 pertanyaan wawancara terkait jenis obat, dosis, dan alasan ketidakpatuhan. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional terhadap 54 karyawan tetap yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling berdasarkan rekam medik klinik pabrik tersebut. Sebelum pengisian kuesioner, responden akan diberikan lembar informed consent. Hasilnya menunjukkan 31 karyawan (57%) kepatuhannya rendah, 19 (36%) kepatuhannya sedang dan 4 (7%) memiliki kepatuhannya tinggi. Alasan ketidakpatuhan penggunaan obat antihipertensi terbanyak karena mereka lupa dan merasa sudah sehat, beberapa menjawab takut akan efek samping obat terhadap kesehatan ginjalnya. Dampak jangka panjang dari kepatuhan rendah terhadap kesehatan karyawan penderita hipertensi di PT IBR dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Bisa juga merusak organ vital seperti jantung, ginjal dan otak. Tentunya juga dapat menurunkan produktivitas serta kesejahteraan kerja jika hipertensinya kambuh. Kata kunci : hipertensi, kepatuhan, MMAS-8 DOI : 10.35990/mk.v8n3.p275-286
Copyrights © 2025