Bahasa Indonesia: Pembelajaran sains, yang biasanya bersifat teoretis dan berorientasi pada guru, terhambat oleh kurangnya Kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Penelitian ini mengkaji bagaimana metode pengajaran berbasis STEAM (Sains, Teknologi, Teknik, Seni, dan Matematika) memengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa kelas tiga di SDN 2 Dermolo. Desain pra-eksperimental, pra-tes-pasca-tes, digunakan dalam penelitian ini kelompok tunggal dan metodologi penelitian kuantitatif. Strategi pengambilan sampel jenuh digunakan untuk memilih 29 siswa kelas tiga sebagai subjek penelitian. Instrumen yang digunakan adalah ujian keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari 20 pertanyaan, yang 80%-nya dianggap sah dan reliabilitasnya diukur dengan Cronbach's Alpha sebesar 0,781. Pada tes akhir, skor rata-rata meningkat dari 47,90 pada tes awal menjadi 69,14, menurut hasil tersebut. Data terdistribusi normal menggunakan uji Shapiro-Wilk (sig. pra-tes = 0,204; sig. pasca-tes = 0,321). Meskipun demikian, hasil Uji-T Sampel Berpasangan menunjukkan nilai t terhitung sebesar 21,655, yang lebih tinggi dari nilai t tabel sebesar 2,048, dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa jauh lebih meningkat ketika paradigma STEAM diterapkan. Oleh karena itu, model tersebut STEAM disarankan sebagai metode pengajaran mutakhir untuk mengembangkan kompetensi abad ke-21. Keywords : model STEAM; berpikir kritis; sekolah dasar.
Copyrights © 2025