Keluarga memiliki peran sentral dalam membentuk karakter dan kemampuan sosial anak, terutama bagi anak dengan kebutuhan khusus seperti Down syndrome. Dalam konteks ini, pola komunikasi orang tua menjadi aspek krusial yang tidak hanya merefleksikan relasi emosional, tetapi juga berperan sebagai sarana pembelajaran yang memengaruhi pembentukan kemandirian anak. Anak dengan Down syndrome cenderung menghadapi hambatan kognitif, motorik, dan sosial, yang memerlukan pendekatan komunikasi yang lebih empatik dan terarah. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pola komunikasi yang suportif, terbuka, dan memberi ruang pada anak untuk berinisiatif, dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan mandiri anak. Namun, studi tentang pengaruh pola komunikasi orang tua terhadap kemandirian anak dengan Down syndrome di Indonesia, khususnya dalam konteks lokal seperti di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Tenggarong, masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam korelasi antara pola komunikasi orang tua—baik verbal, nonverbal, maupun paraverbal—dengan tingkat kemandirian anak dengan Down syndrome. Fokus diarahkan pada identifikasi bentuk komunikasi yang mendukung, menghambat, serta menstimulasi perkembangan otonomi anak dalam aktivitas sehari-hari. Dengan menggunakan pendekatan komunikasi interpersonal dan komunikasi keluarga, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi teoritis dan praktis dalam membangun kerangka komunikasi transformatif yang adaptif terhadap kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Temuan dari penelitian ini akan menjadi acuan penting bagi orang tua, pendidik, dan praktisi pendidikan inklusif dalam mengoptimalkan peran komunikasi keluarga dalam membentuk anak-anak yang lebih mandiri dan percaya diri.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025