Penelitian ini membahas konsep neuromarketing sebagai pendekatan strategis dalam memahami perilaku konsumen melalui integrasi antara aspek emosi, insting, dan rasionalitas. Neuromarketing berangkat dari pemahaman mengenai tiga struktur utama otak manusia, yaitu old brain (reptilian brain) yang bersifat instingtif dan cepat dalam mengambil keputusan, middle brain (limbic system) yang mengatur perasaan serta emosi, dan new brain (neocortex) yang berfungsi dalam pemikiran rasional serta analitis. Pemahaman terhadap cara kerja ketiga bagian otak tersebut memungkinkan pemasar merancang strategi yang lebih tepat sasaran. Analisis menunjukkan bahwa strategi pemasaran perlu melalui tiga tahapan penting. Pertama, menaklukkan old brain dengan rangsangan visual sederhana, warna kontras, serta menciptakan rasa aman melalui pendekatan non-agresif, disertai penggunaan prinsip kelangkaan (scarcity) dan urgensi. Kedua, menginspirasi middle brain melalui stimulasi multisensori, storytelling yang relevan dengan pengalaman hidup konsumen, serta pemanfaatan social proof dan endorsement pihak ketiga untuk membangun kedekatan emosional. Ketiga, meyakinkan new brain melalui klaim kuantitatif, perbandingan rasional (before-after, kompetitor, maupun produk sebelumnya), serta edukasi berbasis data yang menegaskan nilai tambah produk. Hasil kajian menegaskan bahwa keberhasilan strategi neuromarketing terletak pada kemampuan pemasar untuk menyusun komunikasi yang dapat menembus lapisan otak secara berurutan: dari insting, menuju emosi, hingga rasionalitas. Dengan demikian, neuromarketing tidak hanya meningkatkan efektivitas pemasaran, tetapi juga memperkuat brand awareness, menciptakan pengalaman konsumen yang memorable, serta mendorong keputusan pembelian yang berkelanjutan. Kata Kunci: neuromarketing, perilaku konsumen, rasionalitas, strategi pemasaran
Copyrights © 2025