Latar Belakang: Spasmodic dysphonia (SD) adalah bentuk distonia pada laring yang hingga kini mekanisme penyakitnya masih belum sepenuhnya dimengerti.SD mempengaruhi kelancaran suara selama berbicara. SD merupakan kondisi kronis yang akan terus berlangsung sepanjang hidup pasien. Patofisiologi SD yang hingga saat ini masih dianut adalah adanya keterlibatan sistem saraf pusat dan perifer. Pengobatan SD hingga saat ini juga belum ada yang menjanjikan efek pemulihan gejala secara permanen. Tujuan: Mengetahui aspek klinis serta tatalaksana pada spasmodic disfonia yang jarang dijumpai. Laporan kasus: Disajikan pasien wanita usia 24 tahun dengan keluhan utama suara serak sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya suara pasien parau disertai batuk dan pilek. Batuk dan pilek dirasakan oleh pasien sudah sembuh namun untuk suara serak masih ada semakin lama semakin memberat. Pasien juga merasa saat mengeluarkan suara, leher tegang dan suaranya kasar. Keluhan dirasakan terus-menerus saat pasien sedang berbicara biasa. Dilakukan pemeriksaan FOL dan didapati pita suara tampak bergetar saat aduksi. Pasien didiagnosa dengan Adduction Spasmodic Dyshphonia dan ditatalaksana dengan injeksi toksin botulinum. Kesimpulan: Diagnosis disfonia pada pasien dewasa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang di bidang THT-KL yang sesuai untuk evaluasi gangguan suara. Spasmodik disfonia terdiri dari 2 tipe, yaitu tipe adduktor dan abduktor.  spasmodik disfonia karena luasnya diagnosis banding. Tatalaksana spasmodik disfonia yang dapat diterima hingga saat ini hanya terbatas pada perbaikan gejala. Injeksi toksin botulinum merupakan terapi gold standard untuk spasmodic disfonia, baik tipe adduksi maupun abduksi.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024