Penelitian ini membahas mengenai pemberitaan penanggan pandemi covid-19 di Indonesia yang ditayangkan dalam program Mata Najwa episode #MataNajwaMenantiTerawan di Trans7. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing metode deskriptif kualitatif dengan model Zhongdan Pan dan Gerald Kosicki. Adanya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana media televisi membingkai suatu berita atau isu, terutama pada tayangan isu penangganan covid-19 dalam program acara Mata Najwa.Adapun yang menarik dalam penelitian ini yaitu program Mata Najwa episode #MataNajwaMenantiTerawan ini tidak menghadirkan narasumber akan tetapi menggunakan kursi kosong yang seharusnya diisi oleh Menteri Kesehatan Terawan. Hasil dari analisis media ini menunjukkan bahwa program Mata Najwa telah membingkai acara tersebut dengan menggunakan konsep kursi kososng. Konsep kursi kosong yang digunakan memang terkesan baru dimata masyarakat, akan tetapi Mata Najwa mampu membawakan berita tersebut tanpa menghilangkan nilai-nilai suatu berita. Dalam tayangan tersebut Najwa Shihab cenderung menyudutkan Terawan Agus Putranto terkait kinerjanya sebagai Menteri Kesehatan terutama selama menangani kasus pandemi covid-19. Meskipun demikian, apa yang dilakukan Najwa Shihab dianggap tidak melanggar kode etik jurnalistik oleh Dewan pers, hal itu disampaikan Dewan Pers kepada para wartawan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa program Mata Najwa mampu mengemas berita tersebut meskipun menurut khalayak konsep yang dilakukan Mata Najwa tersebut sempat mengalami pro dan kontra. Framing dengan penggunaan kursi kosong yang dilakukan oleh Mata Najwa menjadi hal baru yang dapat dipahami oleh masyarakat Indonesia dan memberikan pemahaman bahwasanya penggunaan konsep wawancara tersebut dapat digunakan dan diterima masyarakat nantinya, dengan alasan yang kuat dan pertimbangan yang matang.
Copyrights © 2022