Penelitian ini bertujuan untuk menggali secara mendalam dan subjektif makna dan pengalaman bermain tradisional yang dialami siswa kelas rendah (Kelas I-III) di SDN 067255 Medan, serta bagaimana guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) secara sengaja memanfaatkan kegiatan tersebut untuk pembentukan karakter. Permainan tradisional, yang kini tergerus oleh permainan digital, menawarkan konteks unik untuk internalisasi nilai-nilai sosial dan moral. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain Fenomenologi Deskriptif untuk menangkap esensi pengalaman siswa. Partisipan penelitian meliputi siswa kelas rendah yang aktif bermain dan Guru PJOK yang secara rutin mengintegrasikan permainan tradisional (misalnya, Engklek, Galah Asin, Ular Naga). Data dikumpulkan melalui observasi partisipan tingkat intensif (saat bermain), wawancara naratif child-friendly dengan siswa, dan wawancara mendalam dengan Guru PJOK. Analisis data dilakukan melalui reduksi fenomenologis (Colaizzi, 1978) untuk merumuskan struktur esensial pengalaman. Hasil penelitian mengidentifikasi tiga esensi pengalaman siswa: (1) Kegembiraan Otonom (Joy of Autonomy) yang muncul dari kebebasan aturan; (2) Belajar Sosial Kolektif (negosiasi, kepemimpinan non-formal); dan (3) Frustrasi dan Resiliensi (mengatasi kekalahan dan kecurangan). Peran kunci Guru PJOK adalah sebagai "Fasilitator Karakter" yang melakukan refleksi dan diskusi setelah bermain (debriefing). Disimpulkan bahwa permainan tradisional dalam PJOK berhasil menanamkan karakter secara implisit dan spontan, jauh lebih efektif daripada metode instruksional formal.
Copyrights © 2025