Penelitian ini mengkaji digitalisasi pendidikan dan tantangan literasi kritis di sekolah menengah, dengan fokus pada peran buku cetak, e-book, dan AI dalam pembelajaran. Menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 5 Medan, didukung dokumentasi video dan kajian pustaka. Hasil menunjukkan buku cetak tetap dominan akibat keterbatasan fasilitas digital, sementara e-book dan AI kurang optimal karena kesenjangan infrastruktur serta kekhawatiran guru terhadap dampak negatifnya. Literasi siswa rendah dan lebih efektif ditingkatkan via metode konvensional seperti membaca bergilir, daripada media digital yang rawan penyalahgunaan. Digitalisasi memperlebar ketimpangan, hanya menguntungkan sekolah berfasilitas lengkap, sehingga peran pemerintah krusial untuk pemerataan sarana. Penggunaan AI oleh siswa berisiko melemahkan berpikir kritis melalui ketergantungan jawaban instan. Kesimpulannya, pendidikan digital perlu keseimbangan antara teknologi dan metode tradisional, didukung pelatihan guru serta kebijakan inklusif untuk literasi kritis dan pembelajaran setara di Indonesia.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025