Masyarakat Desa Stambul Jaya di Kabupaten Aceh Tenggara telah lama memanfaatkan tanaman purun tikus (Eleocharis dulcis), sejenis rumput rawa yang tumbuh subur di lahan basah, untuk membuat berbagai kerajinan seperti tikar, topi, dan bakul. Kini, tanaman ini mulai dilirik sebagai bahan baku potensial dalam pembuatan material komposit yang ramah lingkungan. Sebuah penelitian dilakukan untuk membuat papan komposit berukuran 20 × 20 × 0,5 cm dari serat purun yang dicampur dengan resin poliester. Peneliti menguji beberapa variasi kadar serat (5%, 10%, dan 15%) serta arah susunan serat, yaitu sejajar, acak, dan anyaman, untuk melihat pengaruhnya terhadap ketahanan panas bahan komposit. Hasil uji Thermogravimetric Analysis (TGA) menunjukkan bahwa komposit dengan susunan sejajar 15%, acak 10%, dan anyaman 15% memiliki ketahanan panas tertinggi. Di antara semua variasi, susunan anyaman 10% menunjukkan hasil terbaik karena tetap stabil pada suhu tinggi. Uji Differential Scanning Calorimeter (DSC) memperkuat hasil tersebut, dengan suhu puncak tertinggi mencapai sekitar 500°C pada susunan anyaman 10%. Temuan ini membuktikan bahwa serat purun tikus dapat meningkatkan stabilitas termal dan kekuatan bahan komposit sekaligus mendukung prinsip keberlanjutan lingkungan. Dari bahan sederhana pembuat kerajinan, purun kini berpotensi menjadi sumber inovasi baru dalam industri hijau yang memberdayakan masyarakat lokal sekaligus menjaga kelestarian alam.
Copyrights © 2025