Produk gerabah spesifik di produksi oleh pengrajin di Pulau Mare adalah “Vorno†atau “ketaâ€. digunakan sebagai alat pengolahan pangan tradisional “sagu lempengâ€. Dalam perkembangnnya industri gerabah mengalami kendala kebutuhan material serta inovas kreatit menjawab kebutuhan konsumen. Oleh karena itu perlu upaya mengkaji potensi penyimpanan panas dari gerabah yang terbuat dari material Alluvial dengan harapan ditemukan (eksprimental) komposisi gerabah dari material alluvial hutan mangrove dan pasir yang mempunyai karakter penyimpanan panas yang tinggi sekaligus sebagai salah satu langkah strategis dan mendesak untuk dilakukan dalam upaya pengembangan kerajinan gerabah tradisional dengan memperbaiki mutu produksi dan menciptakan model-model desain yang inovatif. Hasil uji coba pembuatan gerabah dengan memanfaatkan materuial alluvial hutan mangrove, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1) Komposisi material dengan kadar pasir lebih besar berpeluang mengalami kehancuran lempengan saat dilakukan pembakaran; 2) Komposisi gerabah perlakuan A (50 %: 50 %) mempunyai penyusutan dimensi lempengan yang lebih baik ( 20 %) dibandingkan perlakauan C (30%:70%) dan perlakuan D (80% : 20%). 3) Kecepatan perubahan suhu lempengan gerabah dari perbandingan material pasir dan alluvial hutan mangrove 50 %: 50 % (perlakukan A) lebih lambat mengalami penurunan suhu (-8, 52oC/2 menit) dibandingkan pada perlakuan C (-11,07 oC/2 menit) dan perlakuan D (-13,12 oC/2 menit). 4) Komposisi lempengan gerabah yang diuji dari material alluvial hutan mangrove mempunyai kapasitas penyimpan panas yang ditinggi dibandingkan dengan material gerabah (vorno)  yang sebenarnya.Kata kunci : Alluvial, mangrove, Vorno, sagu lempeng, lempengan, kapasitas panas
Copyrights © 2023