Polisi merupakan salah satu profesi dengan jam terbang tinggi. Beban pekerjaan serta faktor yang berasal dari diri sendiri,lingkungan maupun keluarga, sering kali menjadikan merokok sebagai solusi alternatif untuk mengatasi stres yang mereka alami. Dispepsia fungsional sebagai salah satu gangguan saluran cerna fungsional dengan tingkat prevalensi yang tinggi. Meskipun gangguan ini tidak didasarkan dari penyebab organik secara spesifik tetapi merokok menjadi salah satu pencetus yang meningkatkan kejadian dispepsia fungsional. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan derajat merokok dengan kejadian dispepsia fungsional di Polsek-Polsek di Tanah Karo. Penelitian dilakukan dengan metode cross-sectional. Penelitian ini melibatkan 100 orang anggota polisi Polsek-Polsek di Tanah Karo yang diambil dengan metode snowball sampling serta akan dianalisis dengan chi-square. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kriteria Roma III untuk menilai curiga dispepsia fungsional dan kuesioner merokok berdasarkan klasifikasi Sitepoe untuk menentukan derajat merokok. Hasil penelitian ini didapatkan responden yang menderita dispepsia fungsional yang tidak merokok sebanyak 3 orang (27%). Sementara responden yang terkena dispepsia fungsional dengan derajat merokok ringan sebanyak 13 orang (46%), responden dengan derajat merokok sedang sebanyak 14 orang (52%). Diketahui bahwa mereka yang merokok lebih dari 20 batang per hari (perokok berat) memiliki risiko mengalami dispepsia fungsional sebesar 3,127 kali lebih rentan dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Namun, untuk kategori perokok sedang dengan risiko 1,901 kali dan kategori perokok ringan dengan risiko 1,702 kali, masih belum bisa dipastikan secara definitif.
Copyrights © 2024