Adolescents living in orphanages face more complex psychological challenges, such as limited emotional support, the absence of primary caregivers, and a highly regulated social environment. These conditions often trigger stress and shape the coping strategies they adopt. This study aims to identify the dominant coping stress strategies used by adolescents in Orphanage X, addressing a research gap since previous studies have largely focused on students and working adults rather than institutionalized adolescents. A descriptive quantitative design was employed, involving 120 adolescents selected through total sampling. The instrument used was a coping stress scale consisting of two dimensions: problem-focused coping and emotion-focused coping. The results showed that most adolescents used emotion-focused coping at a moderate level (60.8%), higher than problem-focused coping. These findings highlight that adolescents in orphanages rely more on emotional regulation strategies rather than direct problem-solving. The practical implication of this study is the need for structured interventions, such as psychoeducation, group counseling, and emotional regulation training, to enhance adaptive coping skills and promote psychological well-being among institutionalized adolescents. ABSTRAK Remaja yang tinggal di panti asuhan menghadapi tantangan psikologis yang lebih kompleks, seperti keterbatasan dukungan emosional, kehilangan figur pengasuh utama, dan lingkungan sosial yang penuh aturan. Kondisi ini dapat memicu stres dan memengaruhi strategi coping yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi coping stress yang dominan digunakan oleh remaja di Panti Asuhan X, sekaligus menutup kesenjangan penelitian karena studi sebelumnya lebih banyak berfokus pada mahasiswa dan pekerja dewasa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan melibatkan 120 remaja melalui teknik total sampling. Instrumen yang digunakan adalah skala coping stress yang terdiri dari dua dimensi utama: problem-focused coping dan emotion-focused coping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja menggunakan emotion-focused coping pada kategori sedang (60,8%), lebih tinggi dibandingkan problem-focused coping. Temuan ini menunjukkan bahwa remaja panti lebih mengandalkan pengelolaan emosi dibandingkan penyelesaian masalah secara langsung. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah perlunya program intervensi berbasis psikoedukasi, konseling kelompok, dan pelatihan regulasi emosi untuk meningkatkan strategi coping yang lebih adaptif dan mendukung kesejahteraan psikologis remaja di panti asuhan.
Copyrights © 2025