Komunikasi dengan orang tua berperan penting untuk mendorong keterbukaan anak, khususnya di usia remaja. Namun, masih banyak anak yang mengalami kesulitan untuk terbuka akibat adanya gap usia yang menjadi kesenjangan komunikasi dan kurangnya validasi emosi. Tujuan penelitian ini untuk melihat interaksi orang tua dan anak dapat mendorong keterbukaan anak. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam dengan remaja, orang tua, guru BK, dan dosen psikologi, serta diperkuat dengan tinjauan pustaka. Analisis berlandaskan pada teori Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO) melalui tiga dimensi: kontrol, inklusi dan keterbukaan/kasih sayang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kontrol yang demokratis membuat anak lebih terbuka, sedangkan sistem kontrol otoriter justru menghambat komunikasi. Praktik inklusi yang berhasil dapat meningkatkan rasa dihargai dan percaya diri anak. Keterbukaan anak kepada orang tua tumbuh melalui empati, komunikasi suportif, dan dialog tanpa menghakimi. Sebaliknya, perilaku orang tua yang membandingkan, mengabaikan, atau terlalu membatasi anak, hal itu membuat pribadi anak menjadi tertutup. Dengan demikian, anak menjadi lebih terbuka, percaya diri, dan mampu berkomunikasi dengan baik di lingkungan keluarga dan sosial karena interaksi orang tua yang seimbang yang menggabungkan kontrol, inklusi, dan keterbukaan/kasih sayang.
Copyrights © 2025