Konflik geopolitik antara Israel dan Palestina telah memicu seruan boikot terhadap produk Unilever, termasuk di Kota Bandar Lampung. Seruan ini muncul sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina dan mendapatkan respons yang beragam dari masyarakat. Sebagian konsumen memutuskan untuk berhenti menggunakan produk Unilever sebagai bentuk protes, sementara sebagian lainnya tetap melakukan pembelian karena kebutuhan dan loyalitas terhadap merek. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada penurunan penjualan tetapi juga memengaruhi persepsi konsumen terhadap citra merek, kualitas produk, dan kepercayaan konsumen. Dalam perspektif bisnis Islam, isu ini menjadi penting karena menyoroti prinsip-prinsip etika seperti kejujuran, amanah, dan transparansi dalam aktivitas bisnis. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi keputusan pembelian konsumen di tengah situasi krisis seperti ini. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei terhadap konsumen produk Unilever di Kota Bandar Lampung. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan menggunakan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh citra merek, kualitas produk, dan kepercayaan konsumen terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra merek dan kepercayaan konsumen memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, sementara kualitas produk tidak berpengaruh. Temuan ini menegaskan pentingnya membangun citra merek yang positif dan meningkatkan kepercayaan konsumen melalui komunikasi yang transparan dan etis sesuai dengan prinsip syariah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perusahaan dalam merumuskan strategi bisnis yang lebih efektif di tengah krisis sosial dan ekonomi yang dihadapi.
Copyrights © 2025