Nawa Ririg merupakan sebuah karya seni karawitan eksperimental yang mengeksplorasi tiga jenis gamelan Bali dengan sistem empat nada, yaitu gamelan Angklung, Balaganjur, dan Jegog. Ketiga jenis gamelan ini merepresentasikan keragaman sekaligus kekayaan tradisi karawitan Bali, serta menjadi inspirasi utama dalam proses penciptaannya. Penciptaan ini berfokus pada tiga rumusan masalah utama, yaitu: (1) proses penciptaan, (2) bentuk serta teknik yang diterapkan, dan (3) nilai kebaruan sebagai penanda estetik. Ketiga aspek tersebut dianalisis menggunakan tiga landasan teori: teori kreativitas dari James Melvin Rhodes untuk kerangka eksperimen, teori struktural fungsionalisme dari Talcott Parsons untuk kerangka bentuk dan struktur, serta teori estetika dari Sedyawati untuk menelusuri nilai kebaruan, pesan dan makna yang tersirat dalam karya. Rumusan masalah ini dijawab melalui metode penciptaan seni berbasis kearifan lokal yang meliputi delapan tahapan, yaitu: gagasan, modal kreatif, pemahaman, konsep/rancangan karya, doa, proses perwujudan, ngebah (uji coba), dan penetapan karya. Pola kerja ini berakar pada tradisi lokal namun disesuaikan dengan kebutuhan penciptaan yang bersifat eksperimental. Hasil dari proses penciptaan ini adalah karya seni karawitan eksperimental Nawa Ririg, yang menghadirkan susunan sembilan nada hasil dari penggabungan gamelan Angklung, Balaganjur, dan Jegog, sebuah bentuk yang belum pernah ada sebelumnya. Sembilan nada tersebut kemudian dipetakan menjadi sembilan kelompok ririg, setiap ririg terdiri dari tujuh nada. Konsep ini diadaptasi dari sistem patet dalam tradisi karawitan.
Copyrights © 2025