Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik mantra yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Fokus kajian terbatas pada lima jenis mantra, yaitu pengasihan/ asihan, pengobatan/ jampe, tatacara, kekuatan/ ajian dan Tolak Malapetaka/ singlar.. Analisis dilakukan melalui perspektif semiotik dan psikoanalisis dengan mengacu pada empat tokoh: Michael Riffaterre (heuristik dan hermeneutik), Roland Barthes (denotasi, konotasi, dan mitos), Charles Sanders Peirce (ikon, indeks, simbol), serta Sigmund Freud (simbolisme dan alam bawah sadar). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi teks mantra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantra di Rancakalong memiliki ciri khas dalam struktur bahasa berupa repetisi, diksi simbolik, dan metafora yang berfungsi sebagai media spiritual, sosial, dan estetis. Analisis semiotik memperlihatkan bahwa setiap mantra memuat makna berlapis, mulai dari makna literal hingga simbolisme budaya dan mitologis. Analisis psikoanalisis menyingkap adanya simbol-simbol bawah sadar yang berkaitan dengan rasa takut, harapan, dan keyakinan masyarakat terhadap kekuatan adikodrati. Selain fungsi praktis, mantra juga berperan dalam pewarisan nilai-nilai kearifan lokal Sunda. Hasil kajian ini direkomendasikan sebagai bahan ajar sastra lisan dalam pendidikan, sehingga dapat memperkaya pemahaman siswa terhadap tradisi dan identitas budaya lokal.
Copyrights © 2025