Digitalisasi sistem informasi kesehatan telah menjadi bagian penting dalam reformasi sistem pelayanan kesehatan di banyak negara, termasuk Indonesia. Salah satu bentuk konkret dari transformasi ini adalah penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS), yang bertujuan untuk mengintegrasikan seluruh proses administrasi, manajemen, dan pelayanan klinis secara elektronik. Implementasi SIMRS dianggap sebagai langkah strategis dalam meningkatkan efisiensi, kualitas pelayanan, serta akuntabilitas pengelolaan data rumah sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Akan tetapi fakta yang terjadi Rumah sakit daerah menghadapi tantangan yang lebih kompleks dibandingkan rumah sakit pusat atau swasta. Hal ini berkaitan dengan minimnya alokasi anggaran untuk infrastruktur teknologi informasi, kurangnya tenaga IT yang andal, serta ketimpangan akses jaringan internet yang stabil (Putri & Harjo, 2022). Berbagai kendala tersebut tidak hanya menghambat efektivitas pelaksanaan SIMRS, tetapi juga berpotensi menurunkan kualitas layanan kepada pasien apabila sistem tidak berjalan dengan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam perspektif tenaga kesehatan terhadap tantangan implementasi SIMRS di rumah sakit daerah. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, studi ini menganalisis pengalaman, persepsi, serta hambatan yang dirasakan oleh pegawai rumah sakit dalam penggunaan SIMRS sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan deskriptif. Adapun objek dalam penelitian ini ialah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dengan subjek penelitiannya pegawai rumah sakit yang memiliki peran dan keterlibatan langsung dalam proses pengaplikasian sistem SIMRS, dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Hasil penelitian menyumpulkan bahwa terdapat tantangan utama dalam implementasi SIMRS di RSUD rumah sakit daerah diantaranya kompetensi pengguna, dukungan infrastruktur, dan kesiapan organisasi. Banyak tenaga kesehatan belum siap secara teknis maupun mental karena minimnya pelatihan, beban kerja tambahan, serta sistem yang belum sesuai kebutuhan unit kerja (Wibowo et al., 2022). Keterbatasan perangkat, koneksi internet yang tidak stabil, serta ketergantungan pada teknisi memperparah situasi. Masalah keamanan data juga menjadi perhatian karena SIMRS menyimpan informasi medis yang sensitif (Setiawan & Nugroho, 2021). Gangguan sistem yang memaksa kerja manual turut menurunkan efisiensi dan meningkatkan risiko kesalahan. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan praktis yang berkelanjutan, modernisasi infrastruktur, sistem yang lebih ramah pengguna, serta pelibatan tenaga kesehatan dalam evaluasi agar SIMRS dapat diterapkan secara optimal dan kontekstual (Rahmawati et al., 2023). Kata kunci : Implementasi, SIMRS, Tenaga Kesehatan
Copyrights © 2025