Permasalahan pupuk menjadi isuh penting karena terkait kebijakan pemerintah dalam membatasi komoditas tanaman yang mendapatkan pupuk subsidi sehingga berdampak pada ketersediaan pupuk bagi petani. Pengurangan pupuk subsidi yang awalnya dari 70 komoditas sekarang menjadi 9 komoditas saja yang diberikan kepada petani. Salah satu langkah Kementan dalam memenuhi kebutuhan pupuk kimia yang semakin berkurang adalah dengan mengoptimalkan limbah ternak maupun tanaman sebagai pupuk organik. Potensi pertanian dan peternakan yang ada di Desa Lemahbang yaitu limbah bonggol pisang dan limbah kotoran sapi. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti pupuk kimia, selain itu memiliki banyak manfaat salah satunya adalah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Pupuk kompos dapat diaplikasikan pada tanaman yang dibudidayakan dan dapat menyuburkan tanah. Pembuatan pupuk kompos dari kotoran sapi dengan bioaktivatornya MOL bonggol pisang mudah dilakukan, murah, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan kualitas pupuk kompos yang menggunakan MOL bonggol pisang (P1) dengan pupuk kompos yang tidak menggunakan MOL bonggol pisang (P0). Metode yang digunakan pada kajian ini yaitu uji t tidak berpesangan untuk membandingkan 2 sampel yang bebas. Hasil kajian menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara P0 dan P1 yaitu nilai signifikansi 0.0003 < 0.05.Kata kunci: Bioaktivator, Kotoran Sapi, MOL, Pupuk Kompos
Copyrights © 2024