Relativisme sebagai pandangan filsafat modern menolak adanya kebenaran yang absolut, termasuk dalam ranah keagamaan dan moralitas. Dalam konteks pendidikan Kristen, pemikiran ini menjadi tantangan serius karena menggoyahkan dasar epistemologis iman yang menegaskan bahwa Allah adalah sumber kebenaran sejati. Relativisme menempatkan manusia sebagai ukuran kebenaran, sehingga setiap pandangan dianggap sah menurut keyakinan pribadi, budaya, atau pengalaman masing-masing. Akibatnya, nilai-nilai objektif yang bersumber dari wahyu ilahi semakin kabur di tengah sistem pendidikan yang cenderung menekankan kebebasan berpikir tanpa batas moral. Tantangan ini meliputi tiga dimensi utama: penolakan terhadap kebenaran absolut, pandangan bahwa semua agama sama, dan keyakinan bahwa kebenaran bersandar pada pengalaman subjektif. Ketiganya menyebabkan peserta didik kehilangan arah moral dan spiritual yang jelas. Pendidikan Kristen dituntut untuk merespons dengan menegaskan kembali kebenaran yang bersumber dari firman Tuhan, memperkuat kemampuan berpikir kritis berbasis iman, serta mengembangkan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai Alkitabiah dalam seluruh bidang ilmu. Guru Kristen memiliki peran strategis dalam menanamkan keyakinan bahwa Kristus adalah kebenaran yang hidup dan tidak berubah di tengah dunia yang terus bergeser secara ideologis. Dengan demikian, pendidikan Kristen bukan hanya berfungsi mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan cara pandang dunia yang berakar pada kebenaran Allah yang kekal, sebagai jawaban terhadap arus relativisme yang mengaburkan makna sejati dari kebenaran.
Copyrights © 2025