Perkembangan dunia yang serba cepat memengaruhi bagaimana orang-orang berbahasa. Bukan keanehan lagi mendapati orang-orang mencampurkan dua bahasa dalam satu tuturan, termasuk di kalangan pemerintah dan pejabat. Namun hal ini berisiko pada ketidakpahaman masyarakat atas informasi yang disampaikan. Penelitian ini diharapkan menjadi evaluasi untuk pemerintah dan pejabat untuk merevisi dan meninjau kembali tata kalimat yang akan dituturkan dalam penyampaian informasi kepada masyarakat. Metode yang digunakan yaitu metode deskripsi dengan survei secara online dan pengambilan sampel sedapatnya (convenience sampling). Objek dalam survei ialah 10 dari 25 keterangan gambar terakhir per 29 Oktober 2023 di Instagram @kemenkominfo. Hasilnya menunjukkan bahwa kebanyakan responden merasa ragu untuk memahami makna kalimat dengan campur kode bahasa Inggris dalam teks informasi bahasa Indonesia. Kata-kata yang tidak dipahami dari objek/teks adalah kata stakeholders, dropshipper, showcase booth, Silver Play Button, pop-up warning, watermark, prefer, dan esports. Dan alasan ketidakpahaman ini yaitu baru pertama kali mendengar atau membaca kata atau frasa tersebut, rendahnya perbendaharaan kata bahasa Inggris responden, tidak mengetahui arti (menurut kamus), padanan frasa yang terasa ambigu, kata atau frasa asing tersebut jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan keraguan terhadap makna kata. Hal ini perlu menjadi pertimbangan karena dapat mengakibatkan kesalahpahaman dan ketidakpahaman atas suatu informasi.
Copyrights © 2025