Saat ini hampir semua siaran televisi menggambarkan tayangan yang seharusnya tidak layak ditonton oleh anak yang belum cukup umur, terutama tayangan sinetron. Dimana kebanyakan sinetron televisi di Indonesia berisi tentang kekerasan dalam rumah tangga, kebebasan seks remaja, perkelahian dan hanya sedikit pesan moral. Bagi anak, televisi acapkali di persepsikan sebagai laporan tentang dunia sesungguhnya. Fenomena tayangan sinetron yang hadir dalam program acara di televisi bisa memicu perilaku negatif anak. Hal ini bisa dilihat banyaknya berita pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur, yang baru-baru ini terjadi di Kecamatan Gubeng. Berkaitan dengan hal itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa suatu pola komunikasi interpersonal dalam keluarga untuk pemberdayaan perilaku anak sebagai perlindungan anak dalam menonton tayangan sinetron di televisi. Pendekatan deskriptif kualitatif dan analisa data kuantitatif digunakan untuk mendukung pemecahan permasalahan penelitian dalam memahami subyek yang diteliti. Hasil penelitian ini adalah pada ranah kognitif : banyak anak-anak di SDN Kecamatan Gubeng menjawab sering melihat sinetron dan yang sering dilihat adalah sinetron Anak Jalanan; pada ranah afektif : anak-anak banyak yang suka terhadap sinetron yang dilihatnya, dimana adegan yang disukai adalah adegan berpacaran, sedangkan pada ranah kognitif : anak-anak kadang-kadang mempraktekkan adegan sinetron. Hal ini dapat dipahami bahwa dalam menonton tayangan sinetron tidak adanya pengawasan orang tua dan tidak efektifnya pola komunikasi interpersonal dalam keluarga sehingga anak bebas menonton dan bahkan mempraktekkan apa yang ditayangkan pada sinetron tersebut sehingga diperlukan pola komunikasi interpersonal untuk pemberdayaan perilaku anak sebagai perlindungan anak dalam menonton tayangan sinetron di televisi.
Copyrights © 2016