Banyak literatur akuntansi menunjukkan bahwa hakikat akuntansi sebagai ilmu yang dibahas dari perspektif filsafat ilmu. Dari perspektif ontologi, filsafat ilmu merupakan dasar utama untuk merumuskan postulat akuntansi. Dari perspektif epistemologi, filsafat ilmu berperan penting sebagai dasar merumuskan obyek pengetahuan, deskripsi masalah, teori, metode, prinsip, standar, dan alat akuntansi. Artikel ini berusaha untuk mengeksplorasi kontribusi filsafat ilmu sebagai dasar pengembangan ilmu akuntansi padanag umumnya, dan pada khususnya ilmu akuntansi syariah. Filsafat Akuntansi Syariah menggunakan prinsip berkelanjutan terhadap praktik akuntansi, mengintegrasikan nilai-nilai etika, transendental, dan keberlanjutan. Dalam pandangan ini, etika menjadi dasar utama yang membimbing perilaku manusia dalam penggunaan informasi akuntansi. Akuntansi Syariah juga berperan sebagai alat akuntabilitas kepada pemangku kepentingan dan Allah SWT. Nilai transendental diakui sebagai hal yang melampaui dunia materi, menjadikan praktik akuntansi dan bisnis sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT dan upaya menciptakan kesejahteraan bagi seluruh alam. Akuntansi Syariah memiliki ciri-ciri khusus, termasuk penggunaan nilai etika sebagai dasar akuntansi, penekanan pada perilaku etis, sikap adil terhadap semua pihak, keseimbangan antara sifat egoistik dan altruistik, serta kepedulian terhadap lingkungan. Dalam menghadapi kelemahan fundamental ilmu pengetahuan modern yang cenderung mengesampingkan aspek-etika, normatif, dan spiritual, filsafat akuntansi syariah membuka ruang bagi inklusi perasaan, intuisi, nilai-nilai agama, dan kreativitas dalam konstruksi ilmu pengetahuan. Dengan mengadopsi nilai-nilai dan prinsip-prinsip ini, diharapkan akuntansi syariah dapat menciptakan peradaban bisnis yang adil, etis, dan berkelanjutan, memberikan manfaat tidak hanya bagi umat manusia, tetapi juga bagi alam semesta secara keseluruhan.
Copyrights © 2023