Indeks Ketahanan Pangan (IKP) Kabupaten Hulu Sungai Tengah, meskipun berkategori Tahan Pangan Tinggi, mengalami penurunan (79,86 pada 2021 menjadi 79,06 pada 2023). Aspek yang memiliki nilai terendah adalah Pemanfaatan (63,68 pada 2023). Pemanfaatan pangan merujuk pada kemampuan tubuh individu menyerap zat gizi, yang sangat dipengaruhi oleh akses air bersih, sanitasi, dan layanan kesehatan. Tingginya angka stunting menjadi bukti bahwa ketersediaan pangan yang cukup tidak menjamin status gizi yang baik tanpa adanya fondasi pendukung ini. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan kebijakan ketahanan pangan pada Aspek Pemanfaatan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi implementasinya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Kerangka analisis menggunakan model implementasi kebijakan George C. Edwards III. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dengan informan dari perangkat daerah terkait dan pelaksana lapangan (seperti kader Posyandu dan Kepala Desa). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Implementasi kebijakan pada Aspek Penyediaan Air Bersih berjalan lambat dan belum optimal. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan alokasi APBD, kendala teknis (infrastruktur perpipaan di wilayah terpencil), serta hambatan sosial-budaya (kebiasaan menggunakan air sungai dan persepsi air harus gratis). Sementara itu, implementasi pada Aspek Tenaga Kesehatan dan GiziĀ menunjukkan keberhasilan yang signifikan, Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu terdapat kesenjangan implementasi yang tajam antara komponen penyediaan air bersih yang terhambat dan komponen peningkatan gizi/kesehatan yang berhasil melalui pemanfaatan sumber daya lokal (kader) dan sinergi kebijakan.
Copyrights © 2025