Guru kelas di SD Inklusi di Yogyakarta menghadapi berbagai kendala dalam memberikan pelayanan kepada siswa dengan ADHD. Salah satu tantangan yang mereka hadapi adalah Guru pendamping khusus (GPK) yang dapat memberikan bantuan. Tanggung jawab guru untuk siswa dengan ADHD melampaui ruang kelas. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kesulitan yang dihadapi oleh guru sekolah dasar di Yogyakarta yang bertugas mendampingi siswa dengan gangguan attention deficit hyperactivity (ADHD). Pendekatan kualitatif dan deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara dengan guru kelas sebagai objek penelitian. Informasi dianalisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan hasil wawancara dan observasi. Hasilnya menunjukkan bahwa pendidik yang menangani siswa yang memiliki ADHD menghadapi sejumlah tantangan dalam memfasilitasi pendidikan mereka. Masalah pertama adalah kurangnya guru GPK yang tersedia untuk membantu anak-anak yang menderita ADHD. Ini menempatkan tuntutan tambahan pada guru kelas yang sudah sibuk. Tantangan kedua adalah perilaku siswa yang sulit diatur dan sulit diatur. Kendala ketiga adalah terkait dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru kelas seringkali menghadapi kesulitan dalam membuat RPP khusus untuk siswa ADHD, karena mereka menganggap proses pembelajaran siswa ADHD sama dengan siswa normal. Kendala keempat adalah terkait dengan media pembelajaran. Guru kelas seringkali menghadapi kendala dalam menciptakan media pembelajaran yang sesuai untuk membantu siswa ADHD memahami materi pembelajaran. Kendala terakhir adalah terkait dengan sarana dan prasarana pendidikan. Guru kelas menghadapi tantangan dalam menyediakan tempat khusus untuk melayani dan berkonsultasi dengan siswa ADHD.
Copyrights © 2023