Pendapatan dari hutan alam dalam duapuluh tahun terakhir sangat berpengaruh dalam peningkatan pendapatan masyarakat Indonesia. Hal ini akan terus berlangsung bila hutan alam dapat dikelola dengan berkesinambungan atau lestari. Salah satu elemen penting agar hutan alam dapat lestari dalam memberikan hasil adalah dengan meninggalkan cukup tegakan tinggal yang sehat pada setiap kali mengadakan tebang pilih.Tujuan dari study ini adalah untuk mengevaluasi sistim Tebang Pilih Indonesia (TPI), terutama dalam kaitannya dengan rotasi tebang, banyaknya pohon yang ditebang, dan banyaknya pohon sehat yang ditinggalkan. Dalam menentukan pilihan yang terbaik digunakan maksimalisasi nilai hutan yang didapat dengan menyusun model program linear (linear programing). Pertumbuhan (growth) dari hutan alam setelah diadakan penebangan diproyeksikan dengan model matrik transisi. Pohon dlkategorikan dalam dua grup yaitu diptrocarp dan non-diptrocarp, serta dalam 7 kelas diameter.Model program linear digunakan untuk mensimulasi 7 macam rotasi tebang, 3 tingkat suku bunga, 3 tingkat kerusakan tegakan, dan 6 macam sistim royalty,Hasil dari simulasi menunjukkan bahwa rotasi tebang yang optimal ditentukan oleh besarnya suku bunga serta tingkat kerusakan tegakan tinggal. Makin besar suku bunga yang digunakan makin pendek rotasi tebangan yang memberikan nilai hutan tertinggi, yang berarti bahwa penggunaan suku bunga yang tinggi memaksa untuk memanfaatkan sumber daya alam lebih cepat. Sebaliknya, bila kerusakan tegakan tinggal besar maka rotasi tebang harus lebih panjang,Dalam pada itu jumlah pohon tinggal yang sehat, serta jumlah pohon yang ditebang ditentukan oleh rotasi tebang serta tingkat kerusakan tegakan tinggal. Makin panjang rotasi tebang makin banyak jumlah pohon yang dapat ditebang dan ditinggalkan.Sebaliknya, makin besar kerusakan tegakan tinggal yang diperbolehkan, makin sedikit jumlah pohon yang dipungut dan yang ditinggalkan sebagai tegakan tinggal.
Copyrights © 1993