Keretakan pada permukaan beton merupakan masalah besar dan memerlukan biaya perbaikan yang besar, apalagi jika keretakan tersebut berada pada lokasi yang sulit dijangkau, jika tidak ditanggulangi keretakan akan menimbulkan kerusakan pada tulangan. Pengembangan mikroorganisme yang ditanamkan pada beton, keretakan dapat segera tertanggulangi dengan kristal kalsium karbonat yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Penelitian ini dilakukan terhadap beton geopolimer yang merupakan salah satu inovasi dalam menggantikan beton konvensional, dikarenakan lebih ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan permaslahan keretakan yang terjadi pada geopolimer. Penelitian ini menggunakan fly ash dari PLTU Nagan Raya dan bakteri basilius subtilis yang berperan sebagai self healing agent. Prosedur untuk pengikat mortar geopolimer mengacu pada prosedur konvensional. Metode yang digunakan untuk pengujian UPV mengacu pada standar ASTM C 597-02 IDT. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 jenis konsetrasi NaOH yaitu 4M, 10M dan 16M, dengan rasio pencampuran larutan NaOH/Na2SiO3 = 2,5. Variasi bakteri b. subtilis dan kalsium laktat adalah 1%+2%; 1,5%+3% dan 2%+4%. Benda uji yang digunakan adalah mortar kubus berukuran 10x10x10 cm dengan jumlah benda uji sebanyak 48 buah, pengujian dilakukan pada umur 14, 21 dan 28 hari. Hasil pengukuran menunjukkan nilai terendah berada pada pH 11,71 dan nilai tertinggi pada pH 12,61. Maka dapat disimpulkan bakteri tersebut mampu bertahan hidup pada 3 jenis konsentrasi NaOH. Hasil dari pengujian UPV menunjukkan bahwa semakin bertambahnya umur mortar maka semakin tinggi pertumbuhan bakteri dalam menutupi retakan. Tetapi hal sebaliknya terjadi pada nilai UPV yang mana semakin bertambahnya persentase kandungan bakteri maka semakin menurun pula pertumbuhan dari bakteri dalam menutupi retakan, dengan nilai persentase optimum pertumbuhan bakteri sebesar 38,45%. Kata kunci: keretakan, geopolimer, bakteri basilius subtilis, pH, UPV
Copyrights © 2020