Beberapa dekade terakhir penelitian-penelitian tentang batik mewarnai narasi kebudayaan Indonesia. Motif-motif batik kian berkembang dengan tetap membawa kekhasan motif kawinya. Banyaknya motif ternyata tidak menggeser kuatnya filosofis motif-motif yang berkembang di Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki local genius yang berdasar pada memori kolektifnya. Di antara melimpahnya penelitian tentang batik, salah satu motif yang jarang sekali dibicarakan ialah motif Joyobinangun. Pada ranas batik Banyuwangen, Joyobinangun merupakan salah satu motif tertua. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan mitologi dan ekspresi simbolik kepemimpinan yang hadir dalam batik motif Joyobinangun. Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif-etnografi dengan pendekatan multiinterdisipliner mencakup mitologi, semiotika, dan politik. Metode pengumpulan data penelitian mencakup (a) metode observasi (b) metode wawancara etnografis, (c) metode dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis etnografi Spradley. Memori kolektif hadir melalui mitos dan simbol-simbol tradisi, salah satunya motif batik. Motif batik Joyobinangun memiliki simbol yang mencitrakan mitologis raja-raja Blambangan. Nilai-nilai dan citra diwariskan kepada rakyat sebagai simbol kekuasaan dan melanggengkan kepemimpinan. Motif Joyobinangun melalui citra Gatot Kaca, Ontorejo, dan Gajah Oling secara simbolik terkait dengan mitologi kepemimpinan raja-raja Dinasti Blambangan.
Copyrights © 2025