Komunikasi keluarga adalah proses pertukaran pesan, informasi, nilai, dan emosi yang terjadi antaranggota keluarga. Komunikasi ini memainkan peran penting dalam membentuk karakter, perilaku, serta kesehatan mental dan emosional anggota keluarga, khususnya anak-anak. Dalam konteks resiliensi anak korban perundungan, komunikasi keluarga menjadi sarana utama pembentukan dukungan emosional, pemberdayaan diri, dan pembelajaran sosial yang berfungsi sebagai fondasi ketahanan anak. Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana menemukan pendekatan komunikasi keluarga yang paling efektif dan panduan komunikasi yang dapat membantu dalam membangun resiliensi anak korban perundungan. Menggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstruktivis dan pendekatan studi kasus di wilayah Jakarta Selatan dan Tangerang Selatan, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Analisis dilakukan dengan perspektif Teori Resiliensi yang dikembangkan oleh Patrice M. Buzzanell dan Teori Sistem Keluarga (Family System Theory) yang dikembangkan oleh Bateson dkk, analisis menggunakan kedua teori tersebut dikatakan bahwa resiliensi sebagai kapasitas atau kemampuan untuk beradaptasi secara positif dalam mengatasi permasalahan hidup yang signifikan, untuk menghadapi, mengatasi, belajar dari, serta bertahan ketika mendapatkan permasalahan dan kesulitan hidup atau keterpurukan yang membuatnya menjadi tak berdaya serta mampu untuk bangkit dari keterpurukan tersebut sehingga menjadi sebuah pribadi yang lebih baik dan keluarga dipandang sebagai suatu sistem yang berisi pola-pola interaksi antar anggota keluarga yang dinamis dalam upayanya memenuhi tujuan bersama.
Copyrights © 2025