Fenomena kekerasan yang mengatasnamakan agama dan ideologi di kawasan Asia Tenggara menunjukkan bahwa modernisasi belum sepenuhnya diiringi oleh revolusi moral dan kebudayaan. Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk menafsirkan dan menganalisis konsep revolusi kebudayaan tanpa kekerasan dalam pemikiran Musa Asy’arie, serta relevansinya bagi pengembangan filsafat Islam dan kebudayaan damai di Asia Tenggara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-filosofis dengan metode hermeneutik dan analisis interkonektif, dengan sumber utama karya-karya Musa Asy’arie seperti Menggagas Revolusi Kebudayaan Tanpa Kekerasan dan Filsafat Islam tentang Kebudayaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etika anti-kekerasan Musa Asy’arie berakar pada tiga dimensi utama: (1) kesadaran moral sebagai dasar kebudayaan; (2) transformasi nilai sebagai bentuk revolusi tanpa kekerasan; dan (3) spiritualisasi kemanusiaan sebagai visi peradaban damai. Melalui kerangka ini, Asy’arie menegaskan bahwa perubahan sosial sejati hanya dapat terjadi melalui revolusi nilai, bukan melalui dominasi kekuasaan. Pemikirannya menempatkan Islam sebagai kekuatan moral dan kultural yang mampu membangun masyarakat damai di tengah keragaman agama dan etnis Asia Tenggara. Penelitian ini menegaskan kontribusi Musa Asy’arie dalam memperluas cakrawala filsafat Islam menuju paradigma etika kebudayaan yang humanistik, kontekstual, dan lintas batas geografis.
Copyrights © 2025