Tenun adalah kain tradisional yang biasa digunakan acara adat, budaya dan bahkan dalam keseharian di Nusa Tenggara Timur. Dalam penelitian ini, rantai nilai digunakan untuk mencari dan menentukan saluran rantai nilai yang paling efektif dan efisien. Identifikasi menggunakan konsep Porter (1985), Pemetaan (Mapping) dan Analisis Nilai tambah (Value Added), merupakan alat dan konsep yang menjadi bagian dari proses penelitian ini. Dengan begitu, analisis rantai nilai menghasilkan sebanyak 6 saluran pemasaran dengan alur yang berbeda-beda mulai dari petani hingga konsumen akhir. Margin pemasaran dan nilai tambah tertinggi untuk produk tenun selendang ada pada saluran ke-3 jenis tenunan Buna (70,38%, Rp 281.500/pcs), dan terendah pada saluran ke-2 jenis Futus (61,00%, Rp 122.000/pcs). Untuk sarung, tertinggi pada saluran ke-1 jenis Buna (67,88%, Rp 271.500/pcs) dan terendah pada saluran ke-2 jenis Futus (60,80%, Rp 152.000/pcs). Untuk selimut, tertinggi pada jenis Buna (78,87%, Rp 622.000/pcs) dan terendah pada jenis Futus (71,40%, Rp 287.000/pcs).
Copyrights © 2025