Kerusakan jaringan irigasi sering kali disebabkan oleh kurangnya perawatan rutin serta faktor usia infrastruktur, yang berdampak serius terhadap distribusi air, penurunan produktivitas pertanian, hingga potensi kerugian ekonomi bagi petani. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan wilayah mana yang harus diprioritaskan untuk pengelolaan kinerja irigasi karena pengelolaan irigasi tidak dapat dilakukan secara menyeluruh dalam satu waktu karena waktu dan dana yang terbatas. Metode pengambilan keputusan berbagai atribut (MADM), termasuk SAW, WP, ELECTRE dan TOPSIS, digunakan dalam penelitian ini. Lokasi penelitian mencakup empat daerah irigasi di Wilayah Sungai Pekalen-Sampean, yakni D.I. Sampean, D.I. Banyuputih, D.I. Sampean Baru, dan D.I. Pekalen. Hasil analisis menunjukkan bahwa D.I. Sampean dan D.I. Banyuputih merupakan daerah yang diprioritaskan untuk pengelolaan. Aspek kinerja yang menjadi fokus pada kedua daerah tersebut meliputi prasarana fisik, sarana penunjang, dokumentasi, serta kelembagaan petani (GP3A/IP3A/P3A). Berdasarkan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB), D.I. Sampean memerlukan anggaran sebesar Rp 1.553.765.367, sedangkan D.I. Banyuputih sebesar Rp 1.322.451.095. Besarnya kebutuhan anggaran pada D.I. Sampean menunjukkan urgensi pengelolaan yang lebih mendalam, sehingga ditetapkan sebagai prioritas utama. Alokasi anggaran yang terfokus pada aspek-aspek dengan kebutuhan tinggi dinilai strategis untuk mencegah kerusakan lanjutan dan mengurangi potensi kerugian ekonomi di masa mendatang.
Copyrights © 2026