Sistem teseng menjadi solusi keterbatasan modal peternak sapi potong di Kabupaten Bone, namun memiliki kelemahan yaitu ketiadaan kontrak tertulis sehingga dapat berpotensi menimbulkan konfrik. Penelitian ini menganalisis bentuk sistem teseng, faktor pengambilan keputusan peternak, dan efektivitas pengelolaannya menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui wawancara 25 peternak, observasi, dan FGD. Hasil menunjukkan tiga pola: (1) anak pertama ke pemilik modal (53%), (2) anak pertama ke peternak (32%), dan (3) bagi rata dua induk (15%). Faktor dominan adalah tekanan ekonomi (78%) dan kepercayaan keluarga (89%), namun 92% peternak menghadapi risiko akibat tidak ada perjanjian tertulis. Sistem ini meningkatkan pendapatan 35-40%, tetapi terhambat manajemen tradisional (70% gembala-kandang). Simpulan: sistem teseng efektif secara ekonomi tetapi memerlukan penguatan aspek legal dan manajemen modern.
Copyrights © 2025