Film Superman (2025) karya James Gunn mewakili dinamika identitas diasporik dalam ranah pascahumanisme yang disampaikan melalui narasi asal keberadaan, kekuatan fisik, kesadaran dan distorsi informasi media. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi konsep diaspora dan konflik indentitas pada tokoh Superman (disebut juga Clark sebagai nama panggilan di bumi, Kal-El untuk panggilan di planet Kripto). Narasi dan visualisasi film dimanfaatkan untuk menyampaikan konflik identitas tokoh Superman sebagai ‘alien’ yang hidup di tengah masyarakat. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif berbasis interpretasi budaya, melalui analisis wacana visual dan naratif. Sampel data dikumpulkan secara purposif berdasarkan relevansi terhadap isu diaspora dan konflik identitas. Sampel dipetakan dalam 17 fragmen sesuai struktur drama tiga babak. Analisis difokuskan pada tiga elemen: (1) rekaman hologram orang tua Kal-El mengandung pesan ambivalen; (2) perubahan respon masyarakat dan media terkait persepsi identitas Superman; (3) dinamika internal Justice Corps setelah munculnya hologram akibat manipulasi yang dilakukan antagonis, Lex Luthor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas Superman dapat direpresentasikan melalui 4 pola wacana: evolving incorporation, evolving inscription, devolving incorporation dan devolving inscription. Identitas Superman mengalami perubahan representasi antara citra positif sebagai harapan masyarakat, dengan citra negatif sebagai hasil manipulasi politik. Terdapat juga negosiasi eksistensi antara memori biologis dan arsip digital berupa hologram. Selain konsep kepahlawanan dengan pendekatan diaspora dan identitas, temuan penting lain di bidang desain komunikasi visual mencakup pada proses bagaimana elemen visual dan narasi bekerja, proses membangun character arc dan strategi komunikasi dalam dimensi psikologis dan kultural tokoh fiksi.
Copyrights © 2025