Penelitian deskriptif non-eksperimental ini bertujuan mengevaluasi perilaku swamedikasi obat batuk pada masyarakat usia produktif di Kecamatan Gubeng, Surabaya. Sebanyak 118 responden berusia 15–64 tahun yang pernah mengalami batuk dan melakukan swamedikasi diikutsertakan melalui accidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang mencakup demografi, perilaku, pengetahuan akan ketepatan indikasi, dan faktor penentu pemilihan obat, lalu dianalisis secara deskriptif. Hasil menunjukkan 61,9% responden membeli obat setelah batuk 2–3 hari, dengan 76,5% memilih apotek sebagai tempat pembelian. Sebagian besar mampu membedakan ciri batuk berdahak (95,8%) dan batuk kering (91,5%), serta 78,8% memperhatikan kecocokan indikasi. Faktor utama dalam pemilihan obat adalah kemanjuran (66,1%) dan kemudahan memperoleh obat (83,9%), sedangkan bentuk sediaan memiliki pengaruh paling rendah. Temuan ini mengindikasikan tingginya kesadaran masyarakat usia produktif terhadap efektivitas terapi batuk serta preferensi terhadap akses cepat melalui apotek, yang dapat menjadi dasar strategi edukasi dan kebijakan swamedikasi obat batuk.
Copyrights © 2025