Di balik julukannya sebagai Jakarta’s Dream - kota yang dapat mewujudkan mimpi dan cita-cita- Jakarta menyimpan beragam masalah sosial. Salah satunya yaitu jumlah anak jalanan, sebagai korban dari kemiskinan, yang semakin meningkat. Selain harus menjalani kerasnya kehidupan jalanan tanpa orang tua ataupun keluarga, anak jalanan juga kerap kali menjadi sasaran tindak kekerasan, pengabaian, dan diskriminasi dari masyarakat di sekitarnya. Fenomena sosial serupa juga mendapat perhatian di dunia sastra, salah satunya yaitu di dalam novel Dua Dini Hari karya Chandra Bientang. Novel ini menceritakan usaha pencarian dan pengungkapan kebenaran yang ‘kelam’ di balik kasus pembunuhan berantai terhadap anak-anak jalanan di Jatinegara, Jakarta Timur. Novel ini dipilih sebagai objek penelitian sastra yang berfokus pada analisis representasi masyarakat yang ‘sakit’ (sick society). Sejalan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian ini yaitu untuk menunjukkan bagaimana representasi sick society diungkapkan melalui penggambaran anggota-anggota dalam satu kesatuan masyarakat yang terdapat di dalam novel Dua Dini Hari. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kutipan teks dari novel Dua Dini Hari. Data ini kemudian dianalisis dengan menggunakan teori representasi Stuart Hall dan sosiologi sastra Wellek-Warren. Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi sick society dalam novel ini diungkapkan melalui penggambaran masyarakat yang nirempati, aparat yang menyelewengkan hukum, serta media dan jurnalis yang tidak berintegritas ketika dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yang meneror kehidupan anak-anak jalanan di pinggiran kota Jakarta Timur, Jatinegara. Ketiga unsur ini menunjukkan bahwa masyarakat telah ‘sakit’ secara moral and sosial.
Copyrights © 2025