Paper ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi core inflation di Indonesia dengan menggunakan model OLS dan data triwulan(qtoq), kami berargumen bahwa pada periode setelah krisis ekonomi tahun 1997/1998, core inflation dipengaruhi oleh core inflation masa lalu (backward-looking), ekpektasi inflasi (consesus forcast) output gap, nilai tukar ( perubahan dan tingkat volatilitynya), dan pertumbuhan M1 . Dibandingkan dengan whole sample (1992-2011), pada periode setelah krisis ekonomi peran output gap menjadi signifikan, pass through nilai tukar berkurang, dan peran volatilitas nilai tukar menjadi lebih besar, dengan menggunakan output gap MV filter, ditemukan adanya threshold outpu gap setelah periode krisis. Sementara itu, peran BI rate dalam menurunkan core inflation relative terbatas. Dengan menggunakan model ARDL dan data bulanan (yoy) dari januari 2002 s.d juni 2011, kami berargumen bahwa pergerakan administrered price inflation dan volatile food inflation mempengaruhi pergerakan core inflation di indonesia. Secara umum , dampak kenaikan volatile foods lebih besar dibandingkan dampak kenaikan administered price terhadap core inflation. Beberapa komoditas administered price yang berdampak signifikan terhadap core inflation adalah bensin, angkutan dalam kota , bahan bakar rumah tangga, dan tarif telepon. Sementara beberapa komoditas volatile foods yang berdampak signifikan terhadap core inflation adalah beras, daging sapi , susu, mie , dan minyak goreng.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2014