Pemetaan mangrove di Kepulauan Lease, Provinsi Maluku Tengah telah dilakukan, tetapi hanya menggunakan satu citra satelit, sehingga sulit melihat dinamika perubahannya. Tujuan kajian ini adalah memetakan mangrove lima tahunan (1985-2015) menggunakan citra satelit Landsat multi-sensor (MSS, TM, ETM+ dan OLI) dan data lapangan. Klasifikasi terbimbing berbasiskan metoda maximum likelihood digunakan untuk mengklasifikasi mangrove dari habitat lainnya dan menghitung luasannya. Hasil menunjukkan bahwa Mangrove di Pulau Saparua dan Nusalaut terdiri atas 22 dan 13 jenis dengan sebaran terpanjang pada garis pantai Teluk Tuhaha, karena ada pasokan air tawar dari sungai, sedangkan sisanya tumbuh pada substrat keras di rataan terumbu. Hasil uji rata-rata dari akurasi keseluruhan peta cukup baik (74,7%), kecuali untuk peta yang dihasilkan Landsat-5 TM (1995) dan Landsat-8 OLI (2015), karena terkontaminasi tutupan awan/haze. Luas mangrove di seluruh lokasi kajian selama 30 tahun relatif stabil, karena terproteksi oleh kearifan lokal "Kewang". Adapun bias tertinggi sebesar 11,4% yang membuat fluktuasi luas mangrove bertambah atau berkurang bukan disebabkan pemanfaatan atau konversi mangrove, melainkan karena pengaruh awan dan geometrik citra dengan sensor yang berbeda. Ke depan, metoda OBIA layak untuk dicoba karena tampaknya dapat menghasilkan peta mangrove dengan akurasi yang lebih baik. Â
Copyrights © 2018