Makalah ini bertujuan untuk memahami teknologi pengendalian hama PBK secara dekat dengan konsep pengendalian hama secara terpadu berbasis ramah lingkungan dan peningkatan produktivitas dan pendapatan petani kakao. Hama PBK Conophomorpha cramerella Sn. secara luas sangat mengganggu tanaman kakao di Sulawesi Tenggara. Hama ini memiliki daya rusak cukup besar pada buah kakao muda (ukuran 8-14 cm), sehinga menurunkan produksi dan mutu biji kakao. Sebanyak 7-72% jumlah buah kakao dapat menyediakan satu sampai tiga generasi PBK. Intensitas serangan PBK di Sualwesi Tenggara cukup tinggi pada tahun 2000 kehilangan hasil 20.827,24 ton dengan kerugian Rp.193.694.124,50 dan tahun 2012 seluas 9.619,55 ha dengan kerugian Rp. 520.797.378. Presentase dan intensitas serangan PBK tergolong sedang dan ringan dengan pemberian Trichoderma harzianum DT/38 dan T. pseudokoningii DT/39, Trichoderma sp. spesifik Sultra, minyak serai wangi dan cengkeh serta Beauveria bassiana. Produktivitas kakao tertinggi pada pengendalian hama dan penyakit dengan Trichoderma sp. spesifik Sultra, T. harzianum DT/38 dan T. pseudokoningii DT/39, minyak serai wangi dan B. Bassiana dengan tingkat kerugian terendah. Pemberian agensia hayati dan pestisida nabati mampu menekan kehilangan hasil 269,91-382.47 kg/ha dengan kerugian sebesar Rp. 9.446.850-13.386.450 dan Rp. 9.359.000-13.991.950. Pendapatan petani peserta lembaga ekonomi masyarakat (LEM) kakao sebesar Rp. 7.848.184,69 dengan R/C 5,34 dan bukan peserta LEM Rp. 7.169.833,33 dengan R/C 7,15. Perolehan pendapatan tertinggi pada pemberian agensia hayati dan pestisida nabati sebesar Rp. 17.180.582-19.742.881 dengan peningkatan 5-98%. Pengendalian berbasis ramah lingkungan selain aman untuk kesehatan dapat meningkatkan pendapatan petani kakao.
Copyrights © 2015