Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki luas lautan yang luas sebesar dua pertiga dari luas wilayah keseluruhan. Oleh karena itu, Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi di antaranya illegal fishing, illegal logging, illegal mining, illegal migrant, human trafficking dan penyelundupan. Sehingga Indonesia memerlukan model pengamanan laut yang mampu mengoptimalkan resource yang ada. Proses pemilihan model pengamanan laut tidaklah mudah karena harus mempertimbangkan banyak kriteria sehingga keputusan yang diambil tidak salah, maka diperlukan suatu Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dapat memperhitungkan segala kriteria yang mendukung pengambilan keputusan dalam menentukan model pengamanan laut yang cocok untuk Indonesia. Metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah Fuzzy AHP (Analytical Hierarcy Process) dan Fuzzy TOPSIS (Technique For Order Preference by Similarity to Ideal Solution). Hasil penilaian prioritas model pengamanan laut diperoleh sebagai berikut: [1] Single Agency Multy Task = 0.404, [2] Multy Agency Single Task = 0.295, [3] Single Agency Single Task = 0.228 dan [4] Multy Agency Multy Task = 0.073. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan model pengamanan laut yang paling cocok dengan kondisi Indonesia saat ini adalah âSingle Agency Multy Taskâ dengan bobot prioritas 0.404. Melalui sistem "Single Agency Multy Tasksâ persoalan pengawasan dan pengamanan laut dapat ditingkatkan karena model Single Agency Multy Task menghendaki adanya satu lembaga atau badan bersifat tunggal, integratif dalam pelaksanaan pengamanan laut Indonesia.Kata kunci : Fuzzy AHP, Fuzzy TOPSIS, Keamanan Laut
Copyrights © 2018