Paper ini mengeksplorasi sumber bagi kerukunan antarpemeluk agama diKendahe, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Teori dari Jayne SeminareDocherty digunakan untuk menganalisa bagaimana penduduk Kendahemenjaga tradisi damai di antara pemeluk Kristen dan Islam, melalui dimensisimbolik dan material simbolik. Dimensi simbolik muncul melalui eksistensiMawu, sebutan lokal untuk Tuhan masyarakat Sangihe, yang berperan pentingdalam mitos lokal yang disebut Mitos Maselihe. Pesan utama dari mitos iniadalah agar menghindari pelanggaran perkawinan sedarah (incest) atau akandihukum oleh Mawu. Hal ini membuat penduduk Kendahe membangun sistemperkawinan tertentu yang akhirnya mendorong seluruh klan/marga terhubungmelalui garis perkawinan. Sedangkan dimensi material yang muncul melaluialat produksi dalam bidang pertanian dan penangkapan ikan di laut jugamemainkan peran penting untuk mendorong penduduk dari agama berbedauntuk bertemu dan saling membantu. Akhirnya, pada perkembangan terakhir,modernitas tak terhindarkan telah membawa beberapa perubahan baik dalambentuk positif maupun negatif, khususnya pada generasi muda. Beberapaperubahan ini secara langsung memberikan tantangan bagi eksistensi keduadimensi di atas di Kendahe.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2014