Kebocoran tangki bahan bakar minyak untuk kereta api di Stasiun Tugu Yogyakarta pada tahun 1997 menyebabkan pencemaran airtanah pada sumur-sumur penduduk. Bahan bakar minyak (hidrokarbon) tergolong LNAPLs (Light Non Aqueous Phase Liquids), sukar larut dalam air. Penyebaran kontaminan (plume) pada airtanah dipengaruhi oleh biodegradasi. Penelitian terdahulu oleh Setyaningsih (2010) menyebutkan bahwa kecepatan aliran pada daerah penelitian adalah 1,5 km per tahun dalam kurun waktu 5 tahun, plume sudah mengalir jauh dari daerah penelitian. Berdasarkan informasi tersebut, sangat perlu diketahui arah pergerakan aliran airtanah dari 24 sumur observasi. Daerah penelitian merupakan bagian atas dari Sistem Akuifer Merapi (SAM) dengan penyusun endapan pasir dan endapan pasir krikilan, dengan aliran airtanah yang tidak seragam. Secara umum, aliran airtanah di daerah penelitian berarah utara-selatan. Di bagian selatan, aliran terpisah ke arah timur dan barat karena keberadaan sungai yang juga membatasi daerah penelitian. Hasil pengukuran dan analisa sampel airtanah menunjukkan 13 sumur observasi diindikasikan tercemar oleh hidrokarbon dengan plume sepanjang 325 m bergerak dari barat laut ke tenggara. Simulasi penyebaran pencemar dan konsentrasi hidrokarbon terlarut dibuat pemodelan menggunakan BIOPLUME III. Nilai kandungan hidrokarbon yang dipakai diambil dari data sumur, yaitu 1 mg/L hingga 50 mg/L. Pergerakan plume di daerah penelitian mengikuti arah aliran airtanah dan diestimasi mengalami penurunan konsentrasi kemudian hilang setelah 54 tahun. Nilai konsentrasi berkurang dari 50 mg/L menjadi 1,63 mg/L dengan rata-rata penurunan konsentrasi sebesar 7,95 mg/L selama 10 tahun.
Copyrights © 2018