This research was conducted to determine the identity of transsexual men in the Abadi Gang Jalan Adi Sucipto. The study was conducted with a phenomenological qualitative approach with a case study form. The data sources of this study consisted of primary sources and secondary sources, namely: 1) Primary sources were SJ, transsexual men who had a gender identity disorder, domiciled on Jalan Adi Sucipto Gang Abadi, still active as transsexual men; 2) Secondary sources are families of transsexual men, namely sisters and in-laws and neighbors of transsexual men. The results of data analysis showed that 1) SJ grew up in a normal family, daily activities carried out before turning into a transvestite also looked normal, playing, studying, schooling, and friends but SJ began to feel a change in playing style and dress at three to four years old and eight years old SJ realizes that he likes same-sex; 2) SJ is a sufferer of gender identity disorder who lives his life in accordance with the wishes and expectations of the past. Gender identity disorder experienced by SJ is a disorder that starts from internal factors, namely the desire and hope to be able to live as members of different sexes. In realizing his wishes and hopes, this is expressed in the form of makeup, make up, style and behavior resembling that of a woman, even though it does not lead to sex reassignment surgery; 3) Feelings of disappointment towards reality that are not in accordance with the expectations of the sex that is desired to make SJ now adjust to the environment by displaying a style like men in general to fulfill one way to survive in the world of work; 4) SJ's attempt to return to being a real man has been shown by returning to remembering God, that is, carrying out the obligatory prayer service in accordance with His commands and trying to open hearts to women. [Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui identitas pria transseksual di Gang Abadi Jalan Adi Sucipto. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang bersifat fenomenologi dengan bentuk studi kasus. Sumber data penelitian ini terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder, yaitu: 1) Sumber primer adalah SJ, pria transseksual yang memiliki gangguan identitas gender, berdomisli di Jalan Adi Sucipto Gang Abadi, masih aktif berstatus sebagai pria transseksual; 2) Sumber sekunder adalah keluarga pria transseksual yaitu saudara perempuan dan ipar serta tetangga pria transseksual. Hasil analisis data menunjukan bahwa 1) SJ tumbuh dalam keluarga normal, aktivitas harian yang dilakukan sebelum berubah menjadi waria juga terlihat normal, bermain, belajar, sekolah, dan berteman namun SJ mulai merasakan perubahan gaya bermain dan berpakaian saat berusia tiga sampai empat tahun dan saat berusia delapan tahun SJ menyadari bahwa dirinya menyukai sesama jenis; 2) SJ merupakan seorang penderita gangguan identitas gender yang menjalani hidupnya sesuai dengan keinginan dan harapan masa lalu. Gangguan identitas gender yang dialami SJ merupakan gangguan yang berawal dari faktor internal, yaitu adanya keinginan dan harapan untuk dapat hidup sebagai anggota dari jenis kelamin yang berbeda. Dalam merealisasikan keinginan dan harapannya, hal tersebut diekspresikan dalam bentuk dandanan, make up, gaya dan tingkah laku menyerupai wanita, meski tidak sampai kepada operasi penggantian kelamin; 3) Perasaan kecewa terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan jenis kelamin yang di inginkan membuat SJ kini menyesuaikan diri terhadap lingkungan yaitu dengan menampilkan gaya seperti pria pada umumnya untuk memenuhi salah satu cara agar dapat bertahan di dunia pekerjaan; 4) Upaya untuk kembali menjadi pria sejati pernah ditunjukan SJ dengan kembali mengingat Tuhan yaitu menjalankan ibadah shalat wajib sesuai dengan perintah-Nya serta mencoba untuk membuka hati pada wanita].
Copyrights © 2018