Bahasa digunakan oleh seseorang, kelompok, atau institusi untuk kepentingannya. Kepentingan tersebut tersebut tersembunyi dalam fitur-fitur lingual. Salah satunya dalam gramatika. Hal tersebut juga tampak dalam tajuk rencana yang ditulis harian Suara Merdeka dalam membahas konflik KPK vs Polri jilid II. Makalah ini membahas bagaimana pandangan harian Suara Merdeka dalam konflik KPK vs Polri jilid II dengan menggunakan analisis wacana kritis model Norman Fairclough. Berdasarkan gramatikanya dengan memanfaatkan transitivitas, nominalisasi, pilihan kalimat aktif-pasif, pilihan kalimat positif-negatif, dan modalitas redaksi Suara Merdeka menempatkan institusi KPK sebagai korban (pihak yang dizalimi). Sebaliknya, di pihak lain redaksi menggambarkan posisi Polri sebagai pihak yang mendominasi dan memarjinalkan posisi presiden dalam konflik tersebut. Dengan demikian, pandangan harian Suara Merdeka dalam konflik KPK vs Polri jilid II cenderung berpihak pada institusi KPK. Kata-kata kunci: analisis wacana kritis, gramatika, dan ideologi
Copyrights © 2018