cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 2337621X     EISSN : 25810294     DOI : -
Journal of Fisheries and Marine Research (JFMR) is dedicated to published highest quality of research papers on all aspects of : Aquatic Resources, Aquaculture, Fisheries Resources Technology and Management, Fish Technology and Processing, Fisheries and Marine Social Economic and Marine Science. This journal is jointly published by Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University Malang Indonesia and Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (Ispikani). JFMR is a new journal but related to the past journal of Faculty of Fisheries and Marine Science that is Jurnal Penelitian Perikanan (JPP) with ISSN: 2337-621X (print version) and website link of www.jpp.ub.ac.id
Arjuna Subject : -
Articles 25 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2020): JFMR VOL 4 NO 1" : 25 Documents clear
Antibakteri Ekstrak Etanol Serbuk Kering Sargassum cristaefolium Terhadap Bakteri Escherischia coli dan Salmonella thyposa Hartati Kartikaningsih
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 4, No 1 (2020): JFMR VOL 4 NO 1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.913 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.01.8

Abstract

Sargassum cristaefolium dried powder can be used as food and fed additives as well as  a beverage powder, contained some minerals and terpenoid active ingredients. This study aimed to determine the anti-bacterial activity of Sargassum cristaefolium dried powder on the inhibition of Escherischia coli and Salmonella thyposa bacteria in vitro. The research showed that the dried powder of Sargassum cristaefolium had better inhibition on Salmonella thyposa (2.3 mm) compared to Escherischia coli (1.2 mm) although it was classified as weak bactericidal. Sargassum cristaefolium dried powder showed positive testing for alkaloids, flavonoids, terpenoids and tannins and does not contain saponins, had low toxicity (LC50 322 ppm). The LCMS test showed a peak at 2.16 retention time with a molecular weight of 339.39 m/z. The structure of the Sargassum cristaefolium antibacterial active ingredient should be clarified using C-NMR and H-NMR.
STUDI BUKAAN MULUT LARVA KERAPU SUNU PLECTROPOMUS LEOPARDUS DAN KESESUAIAN UKURAN PAKAN ALAMI Miss Sudewi; Yasmina Nirmala Asih; Afifah Nasuka
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 4, No 1 (2020): JFMR VOL 4 NO 1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.682 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.01.13

Abstract

Data mengenai bukaan mulut larva kerapu sunu Plectropomus leopardus merupakan hal penting dalam memilih pakan alami yang sesuai selama pemeliharaan larva. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengetahui ukuran bukaan mulut larva dari D-3 hingga D-30, dan mengevaluasi kesesuaian ukuran pakan alami untuk larva. Larva kerapu sunu dipelihara selama 30 hari dan diberi pakan trochophore sejak hari ke-dua (D-2), rotifer pada D-3, nauplii kopepoda mulai hari ke-4, dan nauplii Artemia sejak D-20. Sampling dilakukan terhadap minimal 30 individu untuk dilakukan pengambilan gambar dan pengukuran baik bukaan mulut larva maupun pakan alami.  Bukaan mulut larva meningkat secara lambat mulai dari D-3 (113,33±29,85 µm) ke D-7 (144,65±23,99 µm), tetapi meningkat secara signifikan ke 263,67±44,57 µm pada D-10, dan berturut-turut pada D-20 dan D-30 yaitu 470,94±123,86 µm dan 719,73±103,39 µm. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa trochophore sesuai untuk larva karena ukurannya lebih rendah dari bukaan mulut larva. Rotifer yang disaring memiliki panjang 121,94±17,21 µm dan lebar 93,65±13,32 µm. Penting untuk diperhatikan bahwa hanya 34,14% (14/41) dari populasi rotifer memiliki panjang dibawah bukaan mulut larva D-3. Rata-rata panjang dan lebar nauplii kopepoda yaitu 354,40 ± 44,83 µm dan 237,77 ± 33,42 µm mengindikasikan bahwa ukuran ini jauh lebih tinggi dari bukaan mulut larva D-4. Nauplii Artemia memiliki rata-rata panjang 541,23±88,56 µm dan lebar 408,62±68,25 µm, sebagai konsekuensinya, larva D-20 tidak dapat memangsa dari sisi samping, tetapi dapat memangsa nauplii Artemia dari arah depan. Kami menyarankan bahwa prinsip kesesuaian ukuran pakan alami sebaiknya diterapkan dalam pemeliharaan larva kerapu sunu P. leopardus untuk meningkatkan pemangsaan pakan alami oleh larva.
PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN KERAPU BATIK (EPINEPHELUS POLYPHEKADION) HASIL BUDIDAYA Ni Ketut Maha Setiawati; Regina Melianawati
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 4, No 1 (2020): JFMR VOL 4 NO 1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.889 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.01.18

Abstract

Ikan kerapu batik merupakan jenis ikan laut yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga  budidaya terhadap ikan ini perlu dilakukan. Dua parameter yang penting dalam budidaya adalah pertumbuhan untuk mengetahui kondisi individu ikan dan tingkat kematangan gonad (TKG) yang menunjukkan perkembangan gonad ikan. Kedua hal tersebut merupakan indikator yang penting untuk evaluasi keberhasilan suatu budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, panjang dan berat ikan kerapu batik hasil budidaya serta perkembangan tingkat kematangan gonadnya selama pemeliharaan. Penelitian menggunakan 2 buah bak fiberglass volume 1.000 L, yang masing-masing bak diisi dengan 20 ekor ikan dengan ukuran panjang awal 8,96± 1,5 cm dan berat tubuh  13±2 g.  Pemeliharaan dilakukan selama 19 bulan dan selama itu ikan diberi pakan pellet. Variabel yang diamati adalah pertumbuhan ikan yang diukur dari panjang dan berat tubuhnya, serta tingkat kematangan gonad dan diameter telurnya. Hasil menunjukkan bahwa pada akhir penelitian, panjang ikan mencapai 16,0-30,9 cm, terbanyak pada kisaran panjang 22,0-24,9 cm (37,7%), dan berat tubuhnya berkisar 60-484 g. Pertumbuhan berat ikan lebih cepat daripada pertumbuhan panjangnya. Gonad ikan mulai berkembang pada panjang 19,0-21,9 cm dengan TKG I (54,5%), II (27,5%) dan III (18,0%). Pada akhir penelitian, ikan dengan panjang 28,0-30,9 cm sudah mencapai TKG IV  (60%).  Kisaran diameter telur yang dominan pada TKG I, II, III dan IV, masing-masing adalah 10,0-35,9 µm (89,5%), 36,0-61,9 µm (73,2,%), 36,0-61,9 µm (56,1%) dan 30,0-61,9 µm (58,8%). Hasil ini menunjukkan bahwa ikan kerapu batik hasil budidaya yang dipelihara dalam bak pemeliharaan dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan tingkat kematangan gonad.
Komoditas Perikanan di Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi Nanda Radhitia Prasetiawan
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 4, No 1 (2020): JFMR VOL 4 NO 1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.2 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.01.23

Abstract

Pulau Wangi-Wangi sebagai bagian dari Taman Nasional Wakatobi merupakan pusat pemerintahan dan ekonomi di Kabupaten Wakatobi. Keanakeragaman hayati laut dan kultur bahari yang cukup kuat menjadikan sebagian mayarakat pada pulau ini berprofesi sebagai nelayan. Hasil perikanan pun menjadi sumber gizi utama dan komoditas bagi masyarakat. Jenis-jenis komoditas hasil perikanan telah diidentifikasi melalui survei pada pasar-pasar yang ada di pulau Wangi-Wangi. Hasil perikanan yang diperdangangkan didominasi oleh ikan pelagis dan ikan-ikan karang. Adapun ikan-ikan tersebut berasal dari famili Scombridae, Carangidae, Serranidae, Lutjanidae, Haemulidae, Scaridae, Labridae, Lethrinidae, Siganidae, Nemipteridae, Mullidae, Mugilidae, Dasyatidae, Acanturidae, Holocentridae, Balistidae, Atherinidae, Belonidae, Caesionodae, Ephippidae, Ostraciidae, Diodontidae, Coryphaenidae, Zanclidae, Muraenidae yang  merupakan hasil tangkapan nelayan tradisional. Beberapa komoditas perikanan lain yang diperdagangkan adalah cumi-cumi, sotong, gurita, Crustacea, Bulu babi (Diadematidae) serta kerang-kerangan dan gastropoda laut. Kima (Tridacnidae) juga dapat ditemukan di pasar di pulau Wangi-Wangi. Sebagian besar hasil perikanan diperdangkan dalam bentuk segar, adapun produk lainnya merupakan hasil pengasapan, pengasinan ataupun pengeringan yang ditujukan untuk konsumsi lokal. Pada pasar di pulau Wangi-Wangi nelayan menjual langsung hasil tangkapan ke konsumen ataupun ke pedagang ikan. Pengolahan hasil perikanan di Pulau Wangi-Wangi masih terbatas sehingga perlu adanya diversifikasi produk olahan untuk memberikan nilai tambah pada komoditas hasil perikanan yang ada.
EXPLORATION OF SEA CUCUMBER INTESTINAL SYMBIONT MICROBE AS PROBIOTIC MICROBE CANDIDATE IN HEALTHCARE PRODUCTS Delianis Pringgenies; Putri Hutari Girsang; Ervia Yudiati; Gunawan Widi Santosa
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 4, No 1 (2020): JFMR VOL 4 NO 1
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.393 KB) | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.01.4

Abstract

Natural ingredients from animals and plants generally have potential in pharmaceutical applications. However, there are still relatively little exploration made on the active ingredients from marine life. Sea cucumbers inhabit seabed and are filter feeders, consuming all microorganisms within their vicinity, which opens the prospect of medicinal applications of sea cucumber intestinal symbiont microbes. This study aims to obtain sea cucumber intestinal symbiont microbes with potential pharmaceutical application as probiotic microbe candidate. The study was carried out by collecting samples, microbe isolation, antimicrobial screening, identification of potential probiotic microbe candidate. Characteristics of the microbe were studied by biochemical screening, and molecular identification. The study found 21 microbial isolates from Holothuria atra and 30 microbial isolates from Holothuria leucospilota. Antimicrobial activity screening results against pathogens of Bacillus cereus dan Pseudomonas aeruginosa found 13 microbial isolates with positive activity. Four species were identified by molecular identification, namely Bacillus aquimaris, Bacillus maritimus, Bacillus toyonensis, and Virgibacillus chiguensis, whereas the other nine were identified by biochemical screening. Four microbe genus, namely Rothia sp., Listeria sp., Micrococcus sp., and Staphylococcus sp, were found to be the most viable candidate for probiotics. It was concluded that Bacillus sp., Rothia sp., Micrococcus sp., and Staphylococcus sp. Exhibited the most potential as probiotic microbes.

Page 3 of 3 | Total Record : 25