cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota magelang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Livestock Science and Production
Published by Universitas Tidar
ISSN : 25982915     EISSN : 25982907     DOI : -
Journal of Livestock Science and Production (JaLSPro) encompasses a broad range of research topics in animal sciences: Production Reproduction and physiology Feed and nutrition Livestock product and technology Breeding and genetics Health Biotechnology Socio-economic Policy Agrostology
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2022): Journal of Livestock Science and Production" : 5 Documents clear
PENGARUH FLUKTUASI HARGA DAGING SAPI TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG RAKYAT DI KOTA SAMARINDA Surya Nur Rahmatullah; Abdul Majid Majid; Hamdi Mayulu Mayulu
Journal of Livestock Science and Production Vol 6, No 2 (2022): Journal of Livestock Science and Production
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jalspro.v6i2.6525

Abstract

Ternak sapi potong memiliki potensi dari segi ekonomi tidak hanya menghasilkan daging yang memiliki nilai ekonomi dan nilai gizi yang tinggi, sehingga penting bagi kehidupan masyarakat disertai dengan kondisi produksi daging sapi di Indonesia mengalami fluktuasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara fluktuasi harga daging sapi terhadap pendapatan peternak sapi di kota Samarinda. Metode penentuan jumlah responden peternak dan lokasi pengambilan sampel ditentukan melalui purposive sampling dengan pertimbangan waktu dan kemampuan serta jangkauan peneliti. Hasil penelitian ini mendapatkan informasi bahwa nilai fluktuasi harga daging sapi di kota Samarinda sebesar 0,69 % pada pasar tradisional dan 4,68 % di pasar modern yang artinya di pasar modern lebih sering ditemukan nilai harga daging yang terfluktuasi dibandingkan dengan harga daging di pasar modern. Rataan pendapatan peternak sapi di Kota Samarinda sebesar Rp. 6.525.000,-/ekor/tahun. Berdasarkan hasil analisis regresi antara fluktuasi harga daging di kota Samarinda dengan pendapatan peternak sapi potong menunjukan hasil yang tidak berpengaruh signifikan (P 0,05) baik dari pasar tradisional maupun dari pasar modern. Nilai fluktuasi harga daging di pasar kota Samarinda yang kecil tidak berdampak banyak terhadap pendapatan dari penjualan sapi potong yang dilakukan oleh peternak
TINGKAH LAKU MAKAN SAPI LIMOUSIN DAN SIMENTAL DI DESA NGARGOMULYO DAN DESA SUMBER, KECAMATAN DUKUN, KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH Lilis Hartati; Tri Puji Rahayu; Budi Irawan
Journal of Livestock Science and Production Vol 6, No 2 (2022): Journal of Livestock Science and Production
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jalspro.v6i2.6816

Abstract

Tingkah laku makan merupakan segala tingkah laku yang berhubungan dengan aktivitas saat makan. Pengamatan terkait tingkah laku makan dari berbagai bangsa sapi belum banyak dilakukan.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku makan Sapi Limousin dan Simental di Desa Ngargomulyo dan Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode observasi kuantitatif.  Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini antara lain: durasi makan, durasi istirahat, durasi ruminasi, defekasi dan urinasi serta tingkah laku berdiri dan berbaring. Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu Sapi Limousin sebanyak 5 (lima) ekor dan Sapi Simental sebanyak 4 (empat) ekor.  Hasil yang diperoleh yaitu jumlah pemberian pakan, rata-rata pakan yang diberikan pada Sapi Limousin 22 kg hijauan dan 8,5 kg konsentrat. Sapi Simental diberikan total rata-rata pakan 22 kg hijauan dan 10 kg konsentrat. Dari kedua kelompok sapi tersebut rata-rata pakan yang diberikan merupakan rata-rata pemberian perhari dari pukul 07.00-16.00 WIB dan telah memenuhi kebutuhan asfeed dengan rata-rata 18 kg hijauan dan 12 kg konsentrat. Sapi Limousin memiliki durasi makan lebih lama dengan waktu 76,6 menit hijauan dan 18,4 konsentrat dibandingkan dengan Sapi Simental yang hanya memiliki waktu 68,3 menit hijauan dan 12 menit konsentrat. Dari kedua kelompok sapi tersebut, rata- rata durasi istirahat 6,4 dalam sehari dan waktu istirahat paling lama dilakukan oleh jenis Sapi Simental. Dari kedua kelompok sapi tersebut diperoleh hasil total rata-rata durasi ruminasi yaitu 56,1 menit diantara waktu pukul 07.00-16.00 WIB. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa tingkah laku makan ternak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis ternak, jumlah pemberian pakan, keadaan lingkungan, umur dan bobot ternak. Hal itu menyebabkan berpengaruh terhadap durasi makan, durasi istirahat, durasi ruminasi, defekasi dan urinasi.  
PEMANFAATAN FESES KAMBING SEBAGAI PUPUK PADAT TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT ODOT (PENNISETUM PURPUREUM CV. MOTT) DI KAMPUNG DESAY, DISTRIK PRAFI, PROVINSI PAPUA BARAT Petrus D. Sadsoeitoeboen; Piter A. Rahangmeta; Bangkit Lutfiaji Syaefullah; Sritiasni Sritiasni
Journal of Livestock Science and Production Vol 6, No 2 (2022): Journal of Livestock Science and Production
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jalspro.v6i2.6548

Abstract

Rumput odot dengan nama latin Pennisetum Purpureum cv. Mott merupakan rumput unggul yang mudah dikembangkan dan disukai oleh ternak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peternak dalam pemanfaatan feses kambing sebagai pupuk padat. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan dengan rincian perlakuan P0 (tanpa pupuk/kontrol); P1(feses kambing 500 gram); P2(feses kambing 1.000 gram); P3(feses kambing 1.500 gram). Parameter yang di amati adalah Tinggi Tanaman, Panjang Daun, Lebar Daun dan Jumlah Tunas. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penambahan dosis pupuk padat dari feses kambing berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman rumput odot. Hasil uji tukey menunjukan bahwa perlakuan terbaik diperoleh dari P1 (500 gram feses kambing). Pelaksaan penyuluhan diikuti 15 responden dengan mengunakan metode ceramah dan diskusi dengan cara pendekatan kelompok, dengan alat bantu folder.
Hijauan Pakan Ternak Potensial Kontemporer untuk Ruminansia Mohamad Haris Septian
Journal of Livestock Science and Production Vol 6, No 2 (2022): Journal of Livestock Science and Production
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jalspro.v6i2.6756

Abstract

Abstrak Hijauan pakan ternak terdiri dari berbagai macam jenis, namun sebagai pakan ruminan hijauan pakan ternak dari keluarga Poaceae dengan genus Pennisetum adalah pakan yang paling populer digunakan saat ini, hal ini karena produksinya yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan hijauan pakan lainnya. Hijauan pakan dari genus Pennisetum biasa disebut rumput gajah atau rumput napier memiliki banyak jenis, diantara jenis-jenisnya yang memiliki potensi produksi dan kandungan nutrien yang baik adalah rumput gajah mini (Pennissetum Purpureum cv Mott), rumput pakchong (Pennisetum Purpureum cv Thailand), rumput gajah Biograss (Pennissetum purpureum) hasil pemuliaan invitro yang dilakukan oleh Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Balitbangtan, dan Red Napier (Pennissetum purpureum cv Purple). Rumput-rumput tersebut memiliki kandungan nutrien yang sangat memadai untuk dijadikan pakan ternak. Rumput odot mempunyai kandungan protein kasar hingga 13,94%; sedangkan kandungan protein kasar rumput pakchong, Biograss, dan red napier masing-masing dapat mencapai hingga 13,18; 17,95; dan 17,07%. Kandungan nutrien didukung dengan produktifitas yang tinggi, dimana produksi rumput odot, rumput pakchong, Biograss, dan red napier masing-masing dapat mencapai 55,90 ton BK/ha/tahun; 87,00 ton/ha/tahun; 6,88 ton segar/ha/panen; 59,80 ton BK/ha/tahunKata kunci: rumput gajah mini, rumput pakchong, rumput Biograss, rumput red napier AbstractForage for livestock consists of various types, but as ruminant feed, forage from the Poaceae family with the genus Pennisetum is the most popular feed used today, because it has a high production when compared to other forages. Forages from the genus Pennisetum, commonly called elephant grass or napier grass, have many types, among the species that have potential production and good nutrient  they are dwarf napier Pennissetum purpureum cv Mott, napier pakchong (Pennisetum Purpureum cv Thailand), napier Biograss (Pennissetum purpureum) the result of in vitro breeding conducted by Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Balitbangtan, and Red Napier (Pennissetum purpureum cv Purple). These grasses have very adequate nutritional content to be used as animal feed. Pennissetum purpureum cv Mott has a crude protein content of up to 13.94%; while the crude protein content of napier pakchong, napier Biograss, and red napier each can reach up to 13.18; 17.95; and 17.07%. Nutrient content is supported by high productivity, where the production of Pennissetum purpureum cv Mott, napier pakchong, napier Biograss, and red napier can reach 55.90 tons DM/ha/year; 87.00 tons/ha/year; 6.88 fresh tonnes/ha/harvest; 59.80 ton DM/ha/yearKata kunci: dwarf napier, napier pakchong, napier Biograss, red napier
PENINGKATAN KESEHATAN SAPI POTONG DENGAN PEMBERIAN FITOBIOTIK SEBAGAI PROMOTOR PERTUMBUHAN KARKAS SAPI POTONG Tri Puji Rahayu; Priesta Izza Muqoddas; Nela Awalul Mafthukhah; Muhamad Farkhan; Sabrina Iza Rifannisa
Journal of Livestock Science and Production Vol 6, No 2 (2022): Journal of Livestock Science and Production
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jalspro.v6i2.6906

Abstract

Peningkatan kesehatan pada ternak merupakan salah satu penentu tercapainya keberhasilan pertumbuhan karkas  sapi potong. Salah satu cara dalam meningkatkan kesehatan sapi potong yaitu dengan menambahkan bahan aditif sebagai grow promotor pada pakan maupun air minum. Bahan aditif yang biasa digunakan adalah antibiotik yang dapat menyebabkan residu pada daging ternak apabila sudah di potong sehingga dapat membahayakan manusia yang mengkonsumsi oleh karena itu Perlu adanya pengganti dari antibiotik tersebut. Fitobiotik merupakan golongan feed aditif yang memiliki kandungan tertentu sehingga dapat di gunakan sebagai pengganti antibiotik. Fitobiotik berasal dari tanaman-tanaman alami sehingga tidak menyebabkan residu dalam daging apabila dikonsumi.

Page 1 of 1 | Total Record : 5