cover
Contact Name
Darnoto
Contact Email
darnoto@unisnu.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
tarbawi@unisnu.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. jepara,
Jawa tengah
INDONESIA
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam
ISSN : 20883102     EISSN : 2548415X     DOI : -
Core Subject : Education,
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam p-ISSN: 2088-3102; e-ISSN: 2548-415X is an journal published by the Faculty of Tarbiyah and Education Science Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara. The journal focuses its scope on the issues of Islamic education. We invite scientists, scholars, researchers, as well as profesionnals in the field of Islamic education to publish their researches in our Journal.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 21, No 1 (2024)" : 10 Documents clear
Budaya Moderasi Beragama Melalui Aktualisasi Pendidikan Islam Wasatiyyah: Rekoneksi dan Toleransi shofyan, ahmad
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v21i1.3875

Abstract

Banyak isu dan aksi yang mencerminkan perilaku terorisme, ekstremisme, radikalisme, intoleransi, paham takfiri (senang khawatir), dan klaim kebenaran sepihak, dan sebagainya. Hal ini membuat negara bangsa perlu mencari solusi dan pencegahan (preventif/antisipatif) salah satunya dengan meresmikan perilaku beragama yang toleran, inklusif, dan moderat. Hal ini dapat dilihat dari sudut pandang agama khususnya Islam untuk memberikan konsep Islam Wasatiyyah melalui perilaku moderasi beragama yang baik dan beriman. Oleh karena itu, penelitian tentang aktualisasi nilai-nilai Islam Wasatiyyah melalui moderasi beragama untuk meningkatkan kerukunan dan toleransi umat beragama di Indonesia menjadi sangat penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dan konsep Islam Wasatiyyah (moderasi beragama) dalam bentuk nilai dan mengetahui strategi dan metode aktualisasi nilai-nilai Pendidikan Islam Wasatiyyah (moderasi beragama) dalam meningkatkan kerukunan dan toleransi umat beragama. di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang termasuk dalam penelitian kepustakaan. Pengumpulan data menggunakan teknik dengan literatur dan dokumentasi dianalisis dengan metode analisis heuristik, verifikasi, interpretasi, dan sintesis. Hasil kajian menunjukkan bahwa budaya moderasi beragama dimungkinkan tercipta melalui pendidikan Islam Wasatiyyah. Membangun toleransi, moderat, inklusif, anti kekerasan, keadilan, gotong royong, kerukunan, dan kesetaraan dalam sistem pendidikan yang akomodatif untuk meningkatkan persatuan umat beragama di Indonesia. Kata Kunci: Islam, Wasatiyyah, Toleransi
REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA (SEBUAH KAJIAN FUTURISTIK) Lira, Rahmat Adnan
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v21i1.6322

Abstract

Penelitian ini membahas rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia berdasarkan kajian futuristik. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif. Artikel ini menunjukkan bahwa, masalah utama pendidikan Islam dewasa ini, khususnya di Indonesia adalah tidak mampunya pendidikan Islam untuk menyiapkan peserta didik cakap ilmu pengetahuan dan implementasinya di masyarakat terkait kebutuhan peserta didik di masa mendatang (berkelanjutan). Untuk menjawab masalah tersebut, dilakukan rekonstruksi dunia pendidikan Islam dengan menggunakan konsep futuristik. Beberapa prinsip yang ditawarkan ketika merekonstruksi pendidikan Islam menggunakan konsep futuristik yaitu, 1) Sistem pendidikan Islam harus selalu mengalami pembaharuan, 2) Dalam pengajaran, tugas-tugas yang diberikan oleh pendidik bersifat praktis dan mengarah pada penerapan nyata, bukan sekadar teori yang hanya mampu dinikmati akal saja, 3) Menyelaraskan pendidikan Islam dengan perkembangan IPTEK, 4) Pendidikan Islam harus mampu membentuk peserta didik untuk berjiwa sosial.
KONTEKSTUALISASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN HARUN AL-RASYID Hidayatullah, Syarif
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v21i1.5517

Abstract

Kebijakan pendidikan yang diberlakukan oleh Harun Ar-Rasyid ketika itu sangat efektif terhadap kemajuan pendidikan junto peradaban, namun sangat kontras  dengan kebijakan pendidikan yang ada di Indonesia hari ini. Bahkan menurut seurvei bahwa 34 kebijakan dari 13 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia dinilai tidak efektif. Hal ini tentu berimplikasi terhadap penurunan mutu pendidikan. Karena pendidkan yang bermutu salah satunya dipengaruhi oleh keefektivitasan kebijakannya. Lalu bagaimanakah caranya agar kebijakan pendidikan hari ini dapat efektif sama seperti yang diterapkan Harun al-Rasyid? apakah mengikuti kebijakan Harun al-Rasyid perlu dipertimbangkan untuk diikuti dalam konteks hari ini?. Melalu metode study pustaka, kajian ini menegaskan bahva dengan melihat kebijakan efektif yang terapkoan oleh khalifah besar Islam tersebut dapat memberi kontribusi jika dikontekstualisasikan dengan hari ini.Kata Kunci : Harun Al-Rasyid ;Kebijakan, Pendidikan, Kontekstualisasi.KONTEKSTUALISASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN HARUN AL-RASYID
Pengembangan Pembelajaran PAI dalam Kurikulum Merdeka Era Digital Basri, Hasan
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v21i1.5606

Abstract

This study aims to find out how the development of Islamic religious education learning in the independent curriculum learning the digital era and find out how the problems of learning Islamic religious education in the independent learning curriculum at MTs Negeri 1 Yogyakarta. Data collection in this study used interviews, observation and documentation. The results of this study show that religious education learning in the independent digital era learning curriculum at MTs Negeri 1 Yogyakarta is to provide guidance to students to become individuals who have noble morals and fear Allah Swt. and have the ability to think critically, have the ability to do high activities, be able to communicate well, be able to collaborate and be confident and can utilize technology as a learning medium for Islamic religious education. As for the problems of learning Islamic religious education in the independent learning curriculum in the digital era, namely: human resources are not adequate to implement Islamic religious education learning in the digital era, PAI teachers have not mastered the concept of an independent learning curriculum and do not have qualified abilities in using technological media in learning, low quality of education, inadequate facilities and infrastructure. So the solution that can overcome the problems of learning Islamic religious education in the digital era is to develop and improve human resources first, provide facilities and infrastructure and utilize technological media in learning Islamic religious education.
Kurikulum Merdeka dan Pembelajaran Inklusif: Upaya Mengintegrasikan Nilai Pancasila dalam Pendidikan Dasar Setyawan, Agung
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v21i1.6881

Abstract

This research aims to examine the implementation of the Merdeka Curriculum in supporting inclusive learning and integrating Pancasila values in primary education. The research method used is a qualitative approach with a case study in several elementary schools in the Bangkalan, Sampang, Pamekasan, and Sumenep regions. Data collection was carried out through observation, in-depth interviews with teachers and students, and analysis of curriculum and learning documents. The results of the study show that the Merdeka Curriculum provides flexibility for teachers in designing and implementing inclusive learning. Pancasila values such as mutual cooperation, social justice, and appreciation for diversity have been successfully integrated into learning activities. Teachers and students demonstrate a deeper understanding of these values and are able to apply them in everyday school life. The conclusion of this research is that the Merdeka Curriculum is effective in supporting inclusive learning and integrating Pancasila values in primary education. This has a positive impact on the development of students' character and creates a more inclusive and harmonious learning environment.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN OUTCOME-BASED EDUCATION DALAM KURIKULUM MERDEKA TERHADAP PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA SD KELAS VI PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Citrawati, Tyasmiarni
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v21i1.6883

Abstract

This research aims to analyze the influence of the Outcome-Based Education (OBE) model in the "Kurikulum Merdeka" (Freedom Curriculum) on the development of creativity among fourth-grade students in Indonesian language lessons. The research employed a quantitative method with a quasi-experimental design. The study sample consisted of fourth-grade students from 10 elementary schools in Bangkalan Regency selected randomly. Data collection involved creativity tests and observations. Data analysis used statistical tests to compare the differences between the experimental group using the OBE model and the control group using conventional methods. The results indicated a significant increase in the creativity levels of students who underwent OBE-based learning compared to those using conventional methods. Students taught with the OBE model showed higher creative thinking abilities, particularly in idea generation, flexibility, and originality. The conclusion drawn from this research is that the Outcome-Based Education model within the Kurikulum Merdeka positively impacts the development of creativity among fourth-grade students in Indonesian language lessons. The implementation of the OBE model can be an effective strategy to foster student creativity at the elementary school level. These findings align with the research objective of enhancing student creativity through a learning approach focused on outcomes.
SYNERGY OF RELIGION AND CULTURE: HARMONIZATION OF RELIGION AND CUSTOMS OF THE PEGAYAMAN VILLAGE MUSLIM COMMUNITY, SUKASADA SUB-DISTRICT, BULELENG, BALI FAIZAH, ROHMATUL; YUSRINA, JIHAN AVIE
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v20i2.5719

Abstract

Religion is a sensitive issue that is quickly brought up amidst the diversity of Indonesian society. Moreover, minority groups are perceived to have less freedom of movement among the traditions and customs of the majority. The dynamics between religion and customs must be addressed wisely and judiciously by all elements of society to form a harmonious and peaceful life in a pluralistic society. In this case, sensitivity between religious communities to tolerate each other's customs and traditions without sacrificing their beliefs is required to form a synergy between religion and customs. These conditions are found in the Muslim community of Pegayaman village, Bali. Despite the fact that they are a minority, they can integrate with local customs, which have solid Hindu characteristics. Various Balinese customs that go hand in hand with religious activities could be found easily.The synergy between religion and customs in Bali Muslim society is intriguing to research as a model for a pluralistic society and a means of introducing customs and traditions through scientific publications. The key to the well-performed synergy between religion and customs lies in the emotional sensitivity of respecting and loving each other as fellow human beings and maintaining traditions by internalizing religious values. This can be seen in the unique naming of the Muslim community. They add family names according to Balinese traditions, such as Wayan, Putu, and Gede, as first names before putting Islamic names. For this reason, this research will discuss the existence of Muslims as a minority and forms of synergy between religion and customs of the Muslim community in Pegayaman village, Buleleng sub-district, Bali.
Peran Pendidikan Pesantren Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Santri (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Sotek) Rahman, Aditya Aulia
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v21i1.6561

Abstract

In the era of competitive globalization, developing emotional intelligence is crucial for individuals to achieve success in personal and professional life. This research aims to identify the role of education at the Nurul Hidayah Islamic Boarding School in increasing the emotional intelligence of students. The research method used is a qualitative approach with a case study design, involving observation, interviews and documentation. Research findings show that educational programs at the Nurul Hidayah Islamic Boarding School, which include training in empathy, cooperation and self-control, have succeeded in increasing the emotional intelligence of students. Santri not only learn to manage emotions and build good interpersonal relationships, but also develop positive social skills. This research adds empirical evidence about the importance of Islamic boarding school education in developing emotional intelligence, filling the gap in literature that previously focused more on formal education in public schools. The theoretical implications of this research confirm that emotional intelligence can be improved through a holistic educational approach that includes intellectual, spiritual, moral and emotional aspects.Keywords: Emotional Intelligence, Islamic Boarding School Education, Nurul Hidayah Islamic Boarding School.
REKONSTRUKSI PROTEKSI YURIDIS PROFESI GURU TERHADAP RISIKO KRIMINALISASI rochman, arif; putra, irwan sapta; al-mufti, alex yusron
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v21i1.6850

Abstract

Profesi guru wajib dilindungi dalam menjalankan tugas profesinya. Sementara di lain pihak peserta didik merasa lebih dijadikan korban oleh tindakan preventif-edukatif (tuchrecht) dari guru karena merasa telah menerima tindakan penganiayaan ringan baik secara fisik maupun psikis, serta menggunakan dasar perlindungan hukum UU No. 35 Tahun 2015 tentang perlindungan anak, sebagai dasar hukum untuk melaporkan guru tersebut sebagai perbuatan penganiayaan ringan terhadap anak. Diperlukan upaya perekonstruksian perlindungan profesi guru secara serius oleh pihak Pemerintah RI bersama Dewan Perwakilan Rakyat RI untuk mengambil kebijakan serius, yang oleh penulis diusulkan sebagai berikut : (1). Dibuatkan aturan kesepakatan bersama antara orang tua / wali peserta didik dengan pimpinan satuan pendidikan dimana guru bernaung, sehingga tindakan pendisiplinan guru terhadap peserta didik menjadi jelas dan terang batasannya (2). Pemerintah perlu mengamandemen UU No.14 Tahun 2005, tentang Guru agar dimasukkan dan diberikan pasal tentang hak imunitas (kekebalan hukum) ketika bekerja agar guru tidak mudah dikriminalisasi (3). Dilakukannya upaya harmonisasi hukum terhadap unsur catur wangsa : advokat, polisi, jaksa dan hakim, agar menempuh upaya restorative justice ketika hendak memproses laporan kriminalisasi terhadap profesi guru (4).Ditingkatkannya kinerja Dewan Kehormatan Kode Etik Profesi Guru pada organisasi profesi guru yakni Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) untuk mengadili perkara indisipliner guru profesional.
DARI BERKAH KE PENDISIPLINAN DIRI: SIGNIFIKANSI MONDOK DALAM PERSPEKTIF INTERAKSIONISME SIMBOLIK Nurul Izza, Yusnidha Azzahra; Fauzan, Achmad Uzair
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v21i1.6582

Abstract

Dewasa ini muncul pengarusutamaan pesantren, termasuk dalam bentuk akomodasi dan endorsement Pemerintah untuk memperkuat integrasi pesantren dalam pendidikan nasional. Sebagai bagian dari kebijakan akomodasi ini, penerima beasiswa bidikmisi UIN Sunan Kalijaga diwajibkan untuk mondok di salah satu pesantren mitra Universitas. Salah satu pesantren mitra tersebut adalah Nawesea, yaitu pondok pesantren mahasiswa yang fokus pada pengembangan bahasa asing, peningkatan akademik, dan peningkatan spiritualitas. Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswi alumni Nawesea tentang pengalaman mondok mereka dan faktor-faktor yang mempengaruhi adanya persepsi tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara dan pengumpulan dokumen yang sudah ada berupa buku atau penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Dengan menggunakan teori Interaksionisme Simbolik dari Herbert Blumer, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswi alumni Nawesea memaknai mondok sebagai pengalaman yang positif namun dengan beragam penjelasan dari sudut pandang subjektif mereka. Dengan merunut pengalaman subyektif mereka, pemaknaan positif tentang mondok ini tumbuh bukan karena adanya kewajiban beasiswa atau tekanan dari struktur, melainkan karena praktik dan interaksi sosial individu santri dengan lingkungan dan sesama santri. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Interaksionisme Simbolik yang menyatakan bahwa fenomena (dalam hal ini pengalaman mondok) memiliki signifikansi positif karena proses reflektif masing-masing individu sebagai hasil dari pemaknaan subjektif mereka terhadap interaksi sosial di sekitarnya.

Page 1 of 1 | Total Record : 10