cover
Contact Name
Muhammad Syahrir
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
ma.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Jl. Sungai Musi Km. 09 Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone, Sulawesi
Location
Kab. bone,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Media Akuakultur
ISSN : 19076762     EISSN : 25029460     DOI : 10.15578/ma
Media Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of applied aquaculture including genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 2 (2016): (Desember, 2016)" : 6 Documents clear
PROPAGASI BIBIT RUMPUT LAUT Gracilaria gigas PADA TAHAP KULTUR JARINGAN, AKLIMATISASI, DAN PEMBESARAN Siti Fadilah; Dhini Arum Pratiwi
Media Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Desember, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.046 KB) | DOI: 10.15578/ma.11.2.2016.67-75

Abstract

Ketersediaan bibit rumput laut secara berkesinambungan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas budidayanya. Kultur jaringan adalah salah satu metode yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bibit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performansi pertumbuhan dan sintasan bibit rumput laut Gracilaria gigas pada tiga tahap propagasi bibit rumput laut. Propagasi bibit rumput laut dilakukan melalui tahap kultur jaringan, kemudian dilanjutkan dengan aklimatisasi dan pembesaran bibit. Pada tahap kultur, eksplan dengan panjang awal ± 2 cm dikultur dalam 2 L media air laut yang diperkaya pupuk PES 20 mL/L. Kepadatan eksplan adalah 500, 750, 1.000, dan 1.250 per L. Eksplan dipelihara selama delapan minggu dengan pembaruan media setiap minggu. Pada tahap aklimatisasi bibit, perlakuan yang dicobakan adalah penambahan pupuk organik dengan dosis 0,025; 0,05; dan 0,1 mL/L. Aklimatisasi dilakukan dengan menggunakan kontainer plastik dengan 20 L media air laut selama delapan minggu. Pembesaran bibit dilakukan di kotak hapa berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm di laut selama tujuh minggu. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (P>0,05) sintasan antar kepadatan eksplan. Sintasan eksplan pada tahap kultur di atas 95%. Pada tahap aklimatisasi, dosis pupuk organik 0,05 mL/L cenderung memberikan pertumbuhan bibit yang lebih baik daripada dosis lainnya. Pertumbuhan bibit rumput laut pada pembesaran di laut setelah tujuh minggu mengikuti persamaan y= 17,09x + 27,8 dengan rata-rata LPH sebesar 3,57%/hari.Sustainability supply of seaweed seedlings is needed to improve its productivity. Tissue culture is one of the methods applied to fulfill the seedlings demands. This study aims to evaluate the growth performance and survival rate of seaweed seedlings Gracilaria gigas at three stages of seedling propagation. Seedling propagation was carried out by three stages namely, tissue culture acclimatization and seedlings rearing. For the stage of tissue culture, explants with the initial length of ± 2 cm were cultured in 2 L of media seawater enriched with 20 mL/L of PES fertilizer. The density of explant used were 500; 750; 1,000; and 1,250 explant/L media, respectively. The explants were maintained for eight weeks and media was weekly renewed. For the seedlings acclimatization stage, the explants were treated with different doses of organic fertilizer of 0.025, 0.05, and 0.1 mL/L. The acclimatization of seaweed seedling was done by using a plastic container filled with 20 L sea water and the trial lasted after eight weeks. The seedling were reared in the sea using net boxes with size of 50 cm x 50 cm x 50 cm for seven weeks. The results showed that there was no any significant difference (P>0.05) of the survival rate among the density of the explants. Survival rate of the explants at tissue culture stage was above 95%. At the acclimatization stage, organic fertilizer with the dose of 0.05 mL/L tended to produce higher growth than the other doses. The growth of seaweed seedlings after seven weeks of rearing in the sea was based on the equation y= 17.09x + 27.8 with an average DGR of 3.57%/day.
EVALUASI PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DARI SUMBER YANG BERBEDA DI PERAIRAN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Makmur Makmur; Mat Fahrur; Endang Susianingsih
Media Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Desember, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.753 KB) | DOI: 10.15578/ma.11.2.2016.77-85

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performansi rumput laut dari bibit berbeda. Penelitian dilakukan di perairan Desa Tambeanga, Konawe Selatan. Budidaya rumput laut menggunakan metode tali bentangan sepanjang 50 m. Waktu penelitian terdiri atas tiga siklus yang menggunakan rumput laut dari empat sumber yang berbeda, yaitu: Sirica (Seaweed Improvementfrom Coastal Aquaculture) 1, Sirica 2, lokal 1, dan lokal 2. Parameter yang diamati selama penelitian adalah pertumbuhan, kandungan alginat, kandungan keraginan, dan kandungan kadar air rumput laut serta kualitas perairan. Hasil penelitian selama tiga siklus pemeliharaan menunjukkan bahwa pertumbuhan, produksi, kandungan alginat, dan karagenan tertinggi pada bibit rumput laut Sirica 1. Khusus untuk laju pertumbuhan harian jenis bibit Sirica 1 tertinggi pada siklus ketiga dengan nilai 6,54% dan untuk produksi tertinggi pada siklus kedua sebesar 20.865 ton/ha. Pertumbuhan dan produksi terendah terjadi pada jenis bibit lokal 2 dengan laju pertumbuhan harian 2,27% dan produksi 6.840 ton/ha yang terjadi pada siklus ketiga. Kandungan alginat juga tertinggi pada bibit Sirica 1= 600,6 g/cm2 dan terendah pada jenis bibit lokal 2= 446,1 g/cm2 begitu pula kandungan keraginan masih tertinggi pada jenis bibit rumput laut Sirica 1= 54,4% dan terendah pada jenis bibit lokal 2= 38,4%. Sedangkan kandungan kadar air untuk bibit rumput laut yang dipanen pada umur 30 hari berkisar 20%-30%. Disimpulkan bahwa penggunaan bibit rumput laut Sirica memberikan performa yang lebih baik dibandingkan bibit lokal.This study aims to evaluate the performance of seaweed Kappaphycus alavarezii cultured from different seed sources. This studywas conducted in Tambeanga Village, South Konawe. The seaweeds were cultured by using long-line method. The seaweed was cultured in three culture cyclesusing seeds from different sources, namely Sirica (Seaweed Improvementfrom Coastal Aquaculture) 1, Sirica 2, Local 1, and Local 2. The parameters measured during this study were seaweed growth rate, production alginate, carrageenan, and water contents as well as water quality. The results indicated that the highest growth rate, production, alginate, and carrageenan contents were shown by Sirica 1. This Sirica 1 gave the highest daily growth rate (6.54%) at the cycle 3 the highest production (20,865 tonnes/ha at the cycle 2. In turn, the lowest growth rate and production were obtained on seaweed local 2 with the daily growth rate and production of 2.27% and 6,840 tonnes/ha, respectively at the cycle 3. The highest alginate content (600.6 g/cm2) was also exhibited by Sirica 1and the lowest of that (446.1 g/cm2) was local 2.during the study was observed on, which was 600.6 g/cm2; while the lowest was measured on Local 2=466.1 gr/cm2. The similar result on the carrageenancontent (54.4%) was also obtained on Sirica 1 and the lowest of that (38.4%)was observed on Local 2. The water content found on the seed cultured during 30 days of rearing period were ranged from 20%-30%. Overall, seaweed cultivation used seed Sirica 1 showed the better.
PEMANFAATAN LIMBAH TAMBAK UDANG SUPER-INTENSIF SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK PERTUMBUHAN BIOMASSA KELEKAP DAN NENER BANDENG Hidayat Suryanto Suwoyo; Mat Fahrur; Makmur Makmur; Rachman Syah
Media Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Desember, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (677.642 KB) | DOI: 10.15578/ma.11.2.2016.97-110

Abstract

Padat penebaran yang tinggi pada sistem budidaya super-intensif memberikan konsekuensi pada beban limbah yang dapat memengaruhi kelayakan habitat udang, serta lingkungan hidup perikanan di sekitar wilayah budidaya. Limbah padat sedimen tambak udang super-intensif berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respons pertumbuhan kelekap dan nener ikan bandeng yang diberikan pupuk organik limbah tambak udang super-intensif (POLTASI) yang dibandingkan dengan pupuk organik komersil. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diaplikasikan adalah pupuk organik komersil (A), POLTASI (B), pupuk Urea + SP-36 + pupuk komersil (C), pupuk Urea + SP-36 + POLTASI (D), dan kontrol (tanpa pupuk) (E). Dosis pupuk yang diaplikasikan adalah urea 200 kg/ha, SP-36 sebanyak 100 kg/ha, dan pupuk organik (komersil dan POLTASI) sebanyak 2.000 kg/ha. Peubah yang diamati yakni produksi biomassa kelekap, komposisi jenis dan kelimpahan jumlah individu plankton penyusun kelekap, pertumbuhan dan sintasan nener bandeng, serta pengamatan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi biomassa kelekap yang dihasilkan dari POLTASI sebesar 3,94 g/100 cm2 yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan pupuk organik komersil dan kombinasinya dengan pupuk an-organik namun berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol. Kelas plankton yang dominan sebagai penyusun kelekap adalah kelas Cyanophyceae dan Bacillariophyceae. Aplikasi POLTASI secara tunggal dan kombinasinya dengan pupuk an-organik menghasilkan sintasan nener yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan pupuk organik komersil, namun pertumbuhan nener cenderung lebih baik, khususnya pada kombinasi POLTASI dengan pupuk an-organik. Kisaran kualitas air selama penelitian masih mendukung untuk pertumbuhan kelekap dan nener bandeng.The high stocking density in a superintensive aquaculture system results a consequency on the waste load of waste as a side product of farming activities that may affect the feasibility of shrimp habitat and the environment. The sediment solid waste of superintensive shrimp pond has the potentiality to be used as the organic fertilizer raw material. This study aims to evaluate the response of organic fertilizer produced from superintensive pond waste on the klekap production and milkfish growth. The study used a completely randomized design with five treatments and three replications. The treatments were consisted of commercial organic fertilizer (A); organic fertilizer resulted from superintensive waste (POLTASI) (B); urea + SP-36 + commercial organic fertilizer (C); urea + SP-36 + POLTASI (D); and control (without fertilizer) (E). The dosage of fertilizers applied were urea (200 kg/ha), SP-36 (100 kg/ha), commercial organic fertilizer (2,000 kg/ha), and POLTASI (2,000 kg/ha). The parameters observed were biomass of klekap, composition of plankton, growth and survival of milkfish, and water quality condition. Funding showed that the production average of klekap biomass of B treatment was 3.94 g/100 cm2. The klekap production of this B treatment did not significantly different to that of other treatments except the control. The most dominant plankton found was from the classes Cyanophyceae and Bacillariophyceae. A single and combination application of POLTASI with inorganic fertilizers produced not significantly different on survival of milkfish (P>0.05) with commercial organic fertilizers. Nevertheless, the growth of miklfish tend better on the application of POLTASI, especially in its combination with inorganic fertilizers. Water quality measured during the experiment was suitable for the growth of klekap and milkfish.
EFEK PEMUASAAN PERIODIK DAN RESPONS PERTUMBUHAN IKAN NILA BEST (Oreochromis niloticus) HASIL SELEKSI Deni Radona; Fitriyah H. Khotimah; Irin I. Kusmini; Tri Heru Prihadi
Media Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Desember, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.171 KB) | DOI: 10.15578/ma.11.2.2016.59-65

Abstract

Pertumbuhan ikan dapat dipicu dengan pemberian pakan yang baik. Untuk meningkatkan efisiensi diperlukan strategi pemberian pakan melalui pembatasan pakan atau pemuasaan secara periodik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek pemuasaan secara periodik pada ikan nila BEST terhadap laju pertumbuhan dan sintasannya. Ikan nila hasil seleksi dengan kisaran panjang rata-rata 4 cm dan bobot rata-rata 3 g dipelihara pada kolam (4 m x 3 m) dengan ketinggian air 80 cm. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan satu kontrol yaitu (A) ikan yang diberi pakan setiap hari, (B) ikan yang mengalami daur pembatasan pakan periodik 1/1, dipuasakan satu hari dan diberi pakan satu hari, (C) ikan yang mengalami daur pembatasan pakan periodik 3/3, dipuasakan dan diberi pakan selama tiga hari, (D) ikan non-seleksi yang diberi pakan setiap hari; setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Selama 60 hari pemeliharaan ikan diberi pakan berupa pelet (28% protein) sebanyak 3% dari bobot total ikan setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila BEST pada perlakuan A memiliki nilai pertumbuhan (panjang dan bobot), biomassa dan konversi pakan yang berbeda nyata (P<0,05) dengan ikan nila non-seleksi pada perlakuan D. Perlakuan B menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan A. Efisiensi pakan pada ikan yang dipuasakan memberikan hasil yang relatif sama dan meminimalkan biaya produksi dengan menggunakan pakan relatif lebih sedikit.Fish growth can be triggered with a good feeding. To increase the efficiency, feeding strategies are needed through feed restriction or periodically fasted. This study aims to determine the effect of periodically fasted on the growth and survival rates of the selected BEST tilapia (Oreochromis niloticus). The fishes with the length and weight average of 4 cm and 3 g, respectively were reared in the pool with the size of 4 m x 3 m and the water height of 80 cm. The study used a completely random design with four treatments and three replication, namely (A) fish fed every day, (B) fish experiencing cycles of periodic feed restriction 1/1, fasted and fed one day, (C) fish experiencing cycles of periodic feed restriction 3/3, fasted and fed for three days, and (D) non-selected with fed every day (control). During the rearing period of 60 days, fish were fed with pelleted commercial diet (28% protein), 3% of total body weight of the fish per day. The results showed that the selected tilapia on the treatment A gave a significant difference (P<0.05) the growth value (length and weight), biomass and food conversion ratio (FCR) with non-selected tilapia in treatment D (control). Meanwhile, treatment B did not show any significant difference (P>0.05) on treatment A. Feed efficiency in fish fasted was obtained to have relatively similar results and minimize the production cost of by using relative less feed.
UJI PERBANDINGAN SKALA LAPANG APLIKASI VAKSIN MONOVALEN DAN BIVALEN UNTUK MENCEGAH PENYAKIT MOTILE AEROMONADS SEPTICEMIA DAN MYCOBACTERIOSIS PADA IKAN GURAMI Desy Sugiani; Otong Zaenal Arifin; Uni Purwaningsih; Asependi Asependi; Edy Farid Wadjdy
Media Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Desember, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.853 KB) | DOI: 10.15578/ma.11.2.2016.111-119

Abstract

Pencegahan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) dan Mycobacteriosis pada ikan gurami (Osphronemus goramy) melalui pencegahan menggunakan vaksin monovalen maupun vaksin bivalen telah berhasil dilakukan. Setiap jenis vaksin memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi yang terbaik dari kedua jenis vaksin tersebut (bivalen dan monovalen) pada ikan gurami di kolam budidaya. Penelitian dilakukan menggunakan tiga jenis vaksin yaitu bivalen HydrofortiVac, monovalen HydroVac, dan monovalen MycofortyVac, serta kontrol (tanpa vaksin). Uji lapang dilakukan di kolam budidaya di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Ikan gurami yang digunakan adalah benih gurami hibrid dengan bobot 4,33 ± 1,76 g; padat tebar benih adalah 40 ekor/m2; dan masa pemeliharaan sekitar enam bulan. Hasil uji lapang menunjukkan rata-rata sintasan ikan gurami yang divaksin dengan vaksin bivalen HydrofortiVac adalah 52,3%; vaksin monovalen HydroVac sebesar 32,5%; dan monovalen MycofortyVac sebesar 28,5%; sedangkan kontrol tanpa vaksinasi adalah 25,8%. Vaksin bivalen dapat meningkatkan sintasan ikan 19,8%-26,5% lebih tinggi dibanding dengan kelompok ikan yang divaksin menggunakan vaksin monovalen maupun tanpa divaksinasi.Disease prevention of Motile Aeromonas Septicemia (MAS) and Mycobacteriosis in giant gouramy (Osphronemus goramy) use monovalent or bivalent vaccine has been successfully developed. Each type of vaccine has the advantages and disadvantages. This study aims to determine the best potential from both types of vaccines (bivalent and monovalent) for giant gouramy in the field. The study was conducted using three types of vaccines namely bivalent HydrofortiVac, monovalent HydroVac, and monovalent MycofortyVac as wel as control (without vaccine). Field test was conducted in aquaculture ponds in the district of Tasikmalaya and Ciamis Regencies West Java Province. The hybrid giant gouramy fingerlings used had weight of 4.33 ± 1.76 g, and stock density of 40 fish/m2 for about six month culture period. The result showed that the averages of survival rate from vaccinated fish on aquaculture ponds using vaccine bivalent HydrofortiVac, monovalent HydroVac, and monovalent MycofortyVac were 52.3%, 32.5%, and 28.5%, respectively. While, that of the controls was only 25.8%. Bivalent vaccine could increase survival rate of fishesabout 19,8%-26,5% higher than the group of vaccinated fish with monovalent vaccine or without vaccination.
PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN CUPANG ALAM (Betta imbellis) YANG DIBERI HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN MELALUI PERENDAMAN DAN PAKAN ALAMI Erma Primanita Hayuningtyas; Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Desember, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.019 KB) | DOI: 10.15578/ma.11.2.2016.87-95

Abstract

Pemberian hormon pertumbuhan rekombinan (recombinant growth hormone/rGH) dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Pemberian rGH yang berasal dari ikan kerapu kertang (rEIGH) diharapkan meningkatkan pertumbuhan ikan cupang alam (Betta imbellis). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi performa pertumbuhan ikan cupang alam (Betta imbellis) yang telah diberi rGH ikan kerapu kertang (rEIGH) melalui perendaman dan pakan alami. Pemberian rGH dilakukan melalui perendaman dengan dosis yang sama 1,5 mg/L pada larva umur lima hari. Kejut salinitas pada 20 ppt selama 90 detik dilakukan sebelum direndam dalam 100 mL larutan rGH selama satu jam. Pemberian rGH dilanjutkan setelah satu minggu menggunakan pakan alami yang sudah diperkaya rGH dengan dosis 0; 0,3; 3; dan 30 mg/L; serta kontrol tanpa perlakuan. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Pakan alami yang digunakan meliputi nauplii Artemia, Moina, cacing Tubifex, dan bloodworm yang diberi secara bertahap mengikuti bukaan mulut, dengan frekuensi pemberian dua kali sehari. Pemberian pakan rGH dilakukan dua kali dalam seminggu pada hari senin dan kamis dan diberikan pada pagi hari saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi terbaik adalah pemberian rGH melalui perendaman 1,5 mg/L yang dikombinasikan dengan oral dosis 3 mg/L air. Laju pertumbuhan ikan cupang yang dihasilkan sebesar 5,54% dan rataan bobot akhir 1,03 ± 0,26 g atau sekitar 2,4 kali lebih tinggi dibandingkan kontrol (P<0,05). Pemberian rGH melalui perendaman saja sudah dapat meningkatkan pertumbuhan ikan cupang alam tetapi akan lebih baik jika dikombinasikan dengan pemberian rGH melalui pakan alami dosis berkisar 0,3-3 mg/L.The used of recombinant growth hormone (rGH) for wild betta fish could enhance growth performance. The use of rGH of giant grouper fish (rEIGH) is expected to enhance the growth performance of wild betta fish. The aim of this study is to determine the performance of wild betta fish treated with the recombinant protein rGH. The study used immersion and natural feed enrichment method. The rGH intake was implemented by immersion with 1.5 mg/L dosage in five days larvae. Shock salinity at 20 ppt by diping of 90 seconds was conducted before the immersion with 100 mL rGH solution for one hour. The rGH intake was resumed after one week of using a natural food enriched with rGH with the dosages of 0, 0.3, 3, 30 mg/L, and a control for comparison. The treatment was three replications. The natural foods used in this study were nauplius Artemia, Moina, Tubifex, and bloodworm. The best treatment obtained was the combination of rGH enhance by immersion of 1.5 mg/L and oral dose of 3 mg/L. The specific growth rate betta fish was 5.54% and growth weight of 1.033 g or 2.4 times higher than the control (P<0.05). The rGH addition by immersion increased the growth of wild betta fish. Nevertheless, there was be better if it combined with rGH addition through natural feed with the doses ranged from 0.3-3 mg/L.

Page 1 of 1 | Total Record : 6