cover
Contact Name
Darwanto
Contact Email
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Bawal : Widya Riset Perikanan Tangkap
ISSN : 19078229     EISSN : 25026410     DOI : -
Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap dipublikasikan oleh Pusat Riset Perikanan yang memiliki p-ISSN 1907-8226; e-ISSN 2502-6410 dengan Nomor Akreditasi RISTEKDIKTI: 21/E/KPT/2018, 9 Juli 2018. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan April, Agustus, Desember. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap memuat hasil-hasil penelitian bidang “natural history” (parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumber daya ikan dan biota perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019" : 5 Documents clear
OPTIMALISASI PCR IKAN TONGKOL KRAI (Auxis thazard) DAN LISONG (Auxis rochei) PADA ANALISIS KERAGAMAN GENETIK Raymon Rahmanov Zedta; Bram Setyadji
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1177.743 KB) | DOI: 10.15578/bawal.11.2.2019.95-102

Abstract

Ikan tongkol lisong dan krai merupakan salah satu jenis tuna yang berperan nyata untuk usaha perikanan tangkap di Indonesia. Pengelolaan sumberdaya ikan tersebut harus selalu dapat dilakukan untuk menjaga tingkat pemanfaatannya supaya tidak lebih tangkap. Kajian keragaman genetik merupakan salah satu teknik dalam pengelolaan pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan cara mengetahui tingkat keragaman genetik pada suatu struktur populasi. Kajian keragaman genetik ini diharapkan dapat menjadi basis kajian stok dan opsi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tongkol agar pemanfaatannya dapat dilakukan secara berkelanjutan. Awal mula analisis keragaman genetik dilakukan dengan memperbanyak DNA secara in vitro menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Keberhasilan proses PCR dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu dan waktu penempelan oligonukleotida primer. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dan waktu optimal pada primer Aro2-38. Sampel penelitian diperoleh dari hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, Jawa Barat. Optimasi PCR menggunakan 12 suhu dan 2 waktu penempelan yang berbeda yaitu : 520C; 52,80C; 540C; 55,50C; 57,20C; 59,10C; 60,90C; 62,80C; 64,50C; 65,90C; 67,20C dan 680C, dan suhu penempelan 30 dan 15 detik. Hasil analisis menunjukkan bahwa produk PCR optimum (menghasilkan pita alel DNA) pada ikan tongkol krai berhasil waktu penempelan 30 detik dengan rentang suhu 52-540C. Sedangkan pada sampel ikan tongkol lisong, produk PCR yang optimum muncul pada waktu penempelan 15 dan 30 detik, dengan rentang suhu 52-60,90C.Frigate and bullet tuna constitute one of tuna species that plays a significant role in Indonesian fishing business. Management of fisheries resources must always be done to maintain the level of utilization so that it is not excessive. Genetic study is one of techniques in managing fisheries resource utilization by knowing the level of genetic diversity in a population structure. This genetic diversity study is expected to be the basis and option in the management of tuna fishing resources so that their utilization can be carried out sustainably. Genetic diversity analysis is start by multiplying fish DNA using PCR (Polymerase Chain Reaction) technique. The success of the PCR process is influenced by several factors such as temperature and time of primary oligonucleotide attachment. Based on this, this study aims to determine the optimal temperature and time in primers Aro2-38. The research sample was obtained from the catch of purse seine landed in PPN Palabuhanratu, West Java. PCR optimization uses 12 temperatures and 2 different annealing times: 520C; 52.80C; 54ÚC; 55,50C; 57.20C; 59.10C; 60.90C; 62.80C; 64,50C; 65,90C; 67.20C and 680C, and the annealing times are 30 and 15 seconds. The results of the analysis showed that the optimum PCR product (producing DNA allele bands) on the cretaceous tuna was successfully pasted for 30 seconds with a temperature range of 52-540C. Whereas in the sample of tuna lisong, the optimum PCR product appeared at the time of attachment of 15 and 30 seconds, with a temperature range of 52-60.90C.
KARAKTER MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN EKOR PEDANG (Xiphophorus helleri Heckel, 1848) DI DANAU BUYAN, BULELENG, BALI I Nyoman Yoga Parawangsa; Prawira A. R. P Tampubolon; Nyoman Dati Pertami
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.699 KB) | DOI: 10.15578/bawal.11.2.2019.103-111

Abstract

Ikan ekor pedang bukan merupakan ikan asli Indonesia. Ikan ini berasal dari Amerika Tengah dan dilaporkan menyebabkan kerugian di beberapa perairan yang dihuninya. Ikan ekor pedang merupakan ikan kedua yang paling banyak tertangkap di Danau Buyan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap karakter morfometrik dan meristik, hubungan panjang bobot dan hubungan panjang total-panjang baku pada dua varian ikan ekor pedang di Danau Buyan yang memiliki warna tubuh yang berbeda. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai April 2018. Ikan yang diamati berjumlah 160 ekor. Pengamatan meliputi pengukuran 12 karakter morfometrik tradisional, 14 karakter truss morphometric, penghitungan empat karakter meristik, dan penimbangan bobot. Panjang total ikan ekor pedang jantan dan betina pada varian I adalah 43,94 - 79,47 mm dan 43,81 - 115,80 mm dengan nilai b= 2,90 dan b= 2,98. Kemudian, panjang total ikan ekor pedang pada varian II adalah 45,76 - 83,91 mm untuk ikan jantan dan 41,43 - 88,49 mm untuk ikan betina dengan nilai b= 2,80 dan b= 3,07. Karakter meristik pada kedua varian ikan ekor pedang baik jantan dan betina adalah D. 12-13 ; A. 8 - 9. Hubungan panjang bobot ikan ekor pedang pada kedua varian menunjukan pertumbuhan isometrik. Berdasarkan pengamatan dalam penelitian ini, diketahui tidak terdapat perbedaan pada dua varian ikan ekor pedang di Danau Buyan.Green swordtail is not originally from Indonesia, but from Central America. This fish was reported harmful in some freshwater ecosystem. Green swordtail was the second most caught fish in Buyan Lake. The aims of this research were to reveal morphometric and meristic characters, length-weight relationship and total length-standard length relationship on two variants of green swordtail with the different color in Buyan Lake. This research was conducted from January to April 2018 in Buyan Lake. The number of measured and weighed fish were 160 individuals. There were 12 traditional morphometric characters, 14 truss morphometric characters, and four meristic characters observed. Respectively, the total length for green swordtail variant I male and female were 43.94 - 79.47 mm and 43.81 - 115.80 mm. The b value for both of the variant I were 2.90 and 2.98. For the variant II, the total length was 45.76 - 83.91 mm for male fish and 41.43 - 88.49 for female. The b value for variant II were 2.80 and 3.07 for male and female respectively. Meristic characters for all variant and sex was D 12 - 13; A 8 - 9. The growth pattern was isometric. There is no difference in the body shape between the variant of green swordtail fish.
SEBARAN DAN KEPADATAN MEGABENTOS DI PERAIRAN PULAU BUTON, SULAWESI TENGGARA Hendrik A.W Cappenberg; Thomas Mahulette
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.465 KB) | DOI: 10.15578/bawal.11.2.2019.79-93

Abstract

Perairan Pulau Buton dan sekitarnya dengan wilayah terumbu karang yang cukup luas, kaya keanekaragaman hayati laut dan nilai estetika yang tinggi. Terumbu karang bermanfaat banyak bagi manusia dalam berbagai aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Penelitian megabentos pada ekosistem terumbu karang ini telah dilakukan pada 2016 (April), 2017 (Juni) dan 2018 (Mei). Pengamatan dilakukan pada 15 stasiun yang tersebar pada pulau-pulau besar dan kecil dari timur hingga barat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sebaran dan kepadatan megabentos serta kemiripan spesies antar stasiun pada perairan tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode Reef Check Benthos (RCB). Hasil pengamatan menunjukkan ada delapan spesies megabentos, diantaranya Drupella cornus menyebar secara luas (100%), dan memiliki nilai total kelimpahan individu tertinggi, berkisar antara 35,7 – 57,9%, (472 – 704 individu). Sedangkan Acanthaster planci memiliki sebaran yang terbatas dengan kelimpahan individu yang rendah (0,3 – 1,0%). Kepadatan individu megabentos pada pengamatan April berkisar antara 0,16 – 2,31 individu/140m2, pada Juni berkisar antara 0,11 – 1,47 individu/140m2 dan 0,11 – 1,24 individu/140m2 pada Mei. Dari tiga tahun pengamatan (2016 – 2018) kelimpahan rata-rata individu megabentos tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan. Hasil analisa klaster menunjukkan bahwa kehadiran setiap spesies megabentos antar stasiun pengamatan dipengaruhi oleh kemiripan tipe substrat dan habitat.The waters of Buton Island and its surrounding, has a large coral reef area with high species biodiversity and has an aesthetics value and beneficial for human being in many aspects such as economics, social and culture. Researches on megabenthos in coral reef ecosystems have been conducted in 2016 (April), 2017 (June) and 2018 (May) at 15 stations around large and small islands scattered from east to west. The aims of this study were to know the distribution and abundance of megabenthos and similarity of species between stations in these waters. Data collection is conducted using the Reef Check Benthos (RCB) method. The results shows that eight megabenthos was found, where Drupella cornus has a wide distribution (100%), and has the highest total value of individual abundance, ranging from 35.7 - 57.9%, (472 - 704 individuals). Whereas Acanthaster planci has a limited distribution with a low abundance of individuals (0.3 - 1.0%). The abundance of megabenthos in April’s observations ranged from 0.16 - 2.31 individuals/140m2, in June it ranged from 0.11 - 1.47 individuals/140m2 and 0.11 - 1.24 individuals/140m2 in May. In three years of observation (2016 - 2018) the average abundance of megabenthos individuals is not significantly different. The results of cluster analysis showed that the similarity of megabenthos species between observation stations was influenced by similarities in substrate type and habitat.
TINGKAT KEMATANGAN GONAD DAN DUGAAN MUSIM PEMIJAHAN TIGA SPESIES IKAN PELAGIS KECIL YANG DIDARATKAN DI BITUNG Achmad Zamroni; Heri Widiyastuti; Adi Kuswoyo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.23 KB) | DOI: 10.15578/bawal.11.2.2019.113-126

Abstract

Hasil tangkapan pukat cincin berukuran <10 GT yang mendarat di Bitung didominasi oleh ikan pelagis kecil. Ikan pelagis kecil tersebut didominasi oleh ikan malalugis/layang biru (Decapterus macarellus), ikan selar bentong/tude (Selar crumenophthalmus) dan ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi biologi kematangan gonad terhadap tiga spesies utama pelagis kecil yang mendarat di PPS Bitung tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga spesies ikan pelagis kecil yang diamati sebagian besar dalam kondisi belum matang gonad (TKG 1, TKG 2 dan TKG 3). Ukuran rata-rata tertangkap (L50) ketiga spesies ikan yang diamati lebih rendah dari ukuran pertama kali matang seksual (Lm) (L50 < Lm). Pola fluktuasi GSI menunjukkan puncak pemijahan terjadi dua kali; pemijahan D. macarellus diduga berlangsung antara April-Juni dan Agustus-November; S. crumenophthalmus antara Mei-Juli dan Oktober-November; sedang pemijahan R. kanagurta antara Maret-Mei dan Oktober-November.The catch of small scale purse seine <10 GT that landed in Bitung was dominated by small pelagic fish. The small pelagic fish is dominated by mackerel scad (Decapterus macarellus), bigeye scad (Selar crumenophthalmus) and indian mackerel (Rastrelliger kanagurta). Those species have a high economic values. The purpose of this study was to examine the biological conditions of three small pelagic main species that landed in the Bitung Ocean Fishing Port with emphasize of gonadal maturity. The results showed that all three species observed mostly in immature stages (stage 1, 2 and 3). The average length of first capture (Lc) of all three fish species was lower than the size of the first sexually maturity (Lm) (Lc < Lm). The GSI shows fluctuating pattern with predicted peak season of spawning of D. macarellus species occured around April to June and August to November, S. crumenophthalmus species around May to July and October-November, while R. kanagurta spawn at around March to May and October-November.
KEBIASAAN MAKANAN, LUAS RELUNG DAN TINGKAT TROFIK KOMUNITAS IKAN DI ESTUARI KALIWLINGI KABUPATEN BREBES Nanang Widarmanto; Haeruddin Haeruddin; Pujiono Wahyu Purnomo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.444 KB) | DOI: 10.15578/bawal.11.2.2019.69-78

Abstract

Studi mengenai kebiasaan makanan serta tingkat trofik ikan merupakan hal penting untuk mengetahui interaksi serta aliran energi antar spesies dalam ekosistem. Informasi ini membantu dalam pengelolaan ekosistem yaitu sebagai acuan dalam mengkaji perubahan yang terjadi serta bermanfaat untuk membangun model trofik dalam pengelolaan. Estuari merupakan eskosistem dinamis yang memiliki berbagai tipe jenis ikan serta rentan mengalami perubahan akibat aktivitas manusia. Pengelolaan ekosistem estuari penting untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya ikan. Penelitian ini dilakukan di perairan estuari Kaliwlingi Brebes pada November-Desember 2018 dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makanan, luas relung dan tingkat trofik komunitas ikan pada estuari Kaliwlingi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan yang dimanfaatkan komunitas ikan di kawasan tersebut adalah fitoplankton, zooplankton, tumbuhan (makrofita), molusca, insekta (serangga), annelida, ikan, udang dan detritus. Beberapa ikan memiliki luas relung yang tinggi yang mengindikasikan cenderung bersifat generalis dalam memanfaatkan sumberdaya makanan. Sebagian besar ikan pada penelitian ini termasuk dalam tingkat trofik omnivora.The study of food habit and tropic levels of fish is important for understanding interaction and energy flows among species. This information helps in management of ecosystems as reference in assessing changes that occur in ecosystems and useful for constructing trophic model. Estuary ia a dynamic ecosystem that has various types of fish and susceptible due to human activitiesEstuaries is a habitat for various fish. However, estuaries is one of the vulnerable coastal ecosystems due to human activities impact.Management for estuaries ecosystem is important to maintain fish resources sustainability. This research was conducted in Kaliwlingi estuary-Brebes district in November – Desember 2018. The aim if this research is to obtain information of food habits, niche breadth and trophic level of fish community in Kaliwlingi estuary. The results showed that the food utilized by the fishes were phytoplankton, zooplankton, plants (macrophytes), mollusc, insects, annelids, nekton (fish), shrimp and detritus. Some fishes have a broad niche breadth which indicates as generalist in utilizing food resources. The trophic level of most of the fishes found in this study is omnivorous.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 17, No 2 (2025): Agustus 2025 Vol 17, No 1 (2025): April 2025 Vol 16, No 3 (2024): Desember 2024 Vol 16, No 2 (2024): AGUSTUS 2024 Vol 16, No 1 (2024): (APRIL) 2024 Vol 15, No 3 (2023): (DESEMBER) 2023 Vol 15, No 2 (2023): (AGUSTUS) 2023 Vol 15, No 1 (2023): (APRIL) 2023 Vol 14, No 3 (2022): (DESEMBER) 2022 Vol 14, No 2 (2022): (Agustus) 2022 Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022 Vol 13, No 3 (2021): (DESEMBER) 2021 Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021 Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021 Vol 12, No 3 (2020): (Desember) 2020 Vol 12, No 2 (2020): (AGUSTUS) 2020 Vol 12, No 1 (2020): (April) 2020 Vol 11, No 3 (2019): (Desember) 2019 Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019 Vol 11, No 1 (2019): (April) 2019 Vol 10, No 3 (2018): (Desember) 2018 Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018 Vol 10, No 1 (2018): April (2018) Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017 Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017) Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017) Vol 8, No 3 (2016): (Desember, 2016) Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016) Vol 8, No 1 (2016): (April 2016) Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015) Vol 7, No 2 (2015): (Agustus 2015) Vol 7, No 1 (2015): (April 2015) Vol 6, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 6, No 1 (2014): (April 2014) Vol 5, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 5, No 1 (2013): (April 2013) Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 4, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 4, No 1 (2012): (April 2012) Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011) Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011) Vol 3, No 4 (2011): (April 2011) Vol 3, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 3, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 6 (2009): (Desember 2009) Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009) Vol 2, No 4 (2009): (April 2009) Vol 2, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 2, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 2, No 1 (2008): (April 2008) Vol 1, No 6 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 5 (2007): (Agustus 2007) Vol 1, No 4 (2007): (April 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) More Issue