cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Majalah Keperawatan Unpad
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad" : 9 Documents clear
PENGARUH TEH ROSELA (HIBISCUS SABDARIFFA) TERHADAP GANGGUAN KOORDINASI MOTORIK TIKUS YANG DIBERI ETANOL Suryanti Suryanti
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.776 KB)

Abstract

ABSTRAK Etanol menyebabkan penurunan aktivitas neuron, penurunan jumlah sel Purkinje pada cerebellum dan penurunan antioksidan endogen. Suplemen antioksidan yang mampu menembus sawar darah otak dan sampai cerebellum adalah jenis antioksidan antosianin, poliphenol dan flavonoid. Antioksidan tersebut berfungsi: menghambat apoptosis, mengembalikan sinyal neuron yang hilang, mampu mencegah dan melawan stres oksidatif, dan menetralkan ROS. H. sabdariffa mengandung polyphenol, antosianin dan flavonoid. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah H. sabdariffa dapat mencegah gangguan koordinasi motorik pada tikus akibat pemberian etanol. Metode: Empat puluh ekor tikus Wistar jantan umur 21 hari, dibagi secara random menjadi 5 kelompok. Kelompok A diberi NaCl 0,9% (ip) dan air masak (oral), kelompok B diberi etanol 3g/kgbb (ip) dan air masak (oral), kelompok C diberi etanol 3g/kgbb (ip) dan H. sabdariffa 0,75g/kgbb (oral), kelompok D diberi etanol 3g/kgbb (ip) dan H. sabdariffa 1,5 g/kgbb (oral), kelompok E diberi etanol 3g/kgbb (ip) dan H. sabdariffa 3/kgbb (oral). Semua kelompok diberi pakan tikus non antioksidan. Semua tikus diberi perlakuan sesuai kelompoknya selama 2 hari berturut-turut diselingi 2 hari tanpa perlakuan selama 2 minggu. Pengujian koordinasi motorik dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan dengan uji tabung putar. Hasil: Hasil prosentase selisih uji tabung putar dari yang besar secara berurutan adalah: kelompok A (1,97%), kelompok B (0,65%), kelompok C (0,61%), kelompok D (0,19%), dan kelompok E (0,10%). Uji t berpasangan menunjukkan hasil yang bermakna hanya pada kelompok yang diberi etanol (p<0,05), dan kelompok yang lainnya menunjukkan hasil yang bermakna (p>0,05). Artinya etanol mengganggu koordinasi motorik dan H. sabdariffa mencegah gangguan koordinasi motorik pada tikus akibat pemberian etanol. Kesimpualnya: Hibiscus sabdariffa mencegah gangguan koordinasi motorik pada tikus akibat pemberian etanol. Kata Kunci: Antioksidan, Flavonoid, H. sabdariffa Koordinasi motorik, Poliphenol ABSTRACT Background: The consumption of ethanol causes damage to the cerebellum. The damage to the cerebellum includes the reduction of the activity of cerebellar neurons and the number of Purkinje cells. The consumption of etanol also causes the degeneration of endogenous antioxidants. Antioxidants supplements which are capable to penetrate the brain blood barrier include antosianin, polyphenol  and flavonoid. The functions of antioxidants include inhibiting apoptosis, restoring neuronal signals, preventing and fighting against oxidative stress, and neutralizing ROS. H. sabdariffa is a type of  herbal medicine. It contains polyphenol, antosianin, and flavonoid.  Objective: The aim of this study is to find out the effect of  H. sabdariffa on preventing the motor coordination  disturbance due to ethanol.  Method: Fourty male Wistar rats aged  21 day are divided randomly into 5 groups. Group A was given Nacl 0,9% (ip) and water (per oral). Group B was given ethanol 3g/kgbw (ip) and  water (per oral). Group C was given ethanol 3g/kgbw (ip) and H. sabdariffa 0,75g/kgbw (per oral). Group D was given ethanol 3g/kgbw (ip) and H. sabdariffa 1,5 g/kgbw (per oral). Group  E was given ethanol 3g/kgbw (ip) and H. sabdariffa 3g/kgbw (per oral). All groups were fed with antioxidants free rat food. All rats were treated for two days, every two days, for two weeks. Examination on motor coordination using revolving drum was conducted prior and subsequent to treatment.  Results: The percentages of the differences of the transformed data of the number of falls  in the revolving drum test from the highest to the lowest are as follows: 1,97% (the group A), 0,65%  (the group B), 0,61% (the group C), 0,19% (the group D), 0,10% (the group E). The paired uji t of the number of falls demonstrates  a significant difference between pre and post treatment in the ethanol group only (p<0,05). On the other hand the paired uji ts of the other groups show no significant differences (p>0,05). This means ethanol disrupts motor coordination ability in rats, and H. sabdariffa prevents the ethanol induced motor coordination disturbance. Conclusion: H. sabdariffa may prevent motor coordination disturbance and the ethanol disrupts motor coordination ability in rats. Keywords: Antioxidant, Flavonoid, H. Sabdariffa  Motor coordinatio, Poliphenol
PREDIKTOR KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR DI IGD DAN ICU Rudi Kurniawan; Kusman Ibrahim; Purwo Suwignyo
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.095 KB)

Abstract

ABSTRAK Kewaspadaan standar merupakan an effective means of protecting patients and staff and controlling infectsarana yang efektif untuk melindungi pasien dan petugas kesehatan dalam mengendalikan dan mencegah infeksi. Kepatuhan terhadap suatu standar merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bisa dijelaskan dengan Health Belief Model (HBM). Menurut model tersebut, perilaku dipengaruhi oleh : persepsi manfaat, persepsi hambatan, persepsi keparahan, persepsi kerentanan dan isyarat tindakan. Tujuan penelitian ini untuk menguji prediktor yang paling berhubungan terhadap kepatuhan perawat dalam penerapan kewaspadaan standar di IGD dan ICU RSUD Ciamis dan RSUD Tasikmalaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan rancangan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 103 perawat yang bekerja di ruang IGD dan ICU RSUD Ciamis dan RSUD Tasikmalaya. Besar sampel menggunakan cara perhitungan Role of thumb, sehingga subjek penelitian ini adalah 80 perawat yang bekerja di ruang IGD dan ICU RSUD Ciamis dan RSUD Tasikmalaya. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Data dianalisis menggunakan korelasi Pearson Product Moment dilanjutkan dengan uji multivariat dengan analisis regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan variabel persepsi manfaat (nilai r = 0,472 dan p value 0,004) dan kerentanan (nilai r = 0,482 dan p value 0,000) mempengaruhi variabel kewaspadaan standar. Nilai β terbesar yaitu 0,379 pada variabel persepsi kerentanan, sehingga variabel tersebut dominan memengaruhi perawat dalam penerapan kewaspadaan standar, baik cuci tangan atau penerapan sarung tangan.Kesimpulan penelitian ini adalah persepsi kerentanan paling dominan memengaruhi perawat dalam penerapan kewaspadaan standar. Kata Kunci : Health Belief Models (HBM), Kepatuhan, Kewaspadaan standar ABSTRACT Kewaspadaan standar merupakan sarana yang efektif untuk melindungi pasien dan petugas kesehatan dalam mengendalikan dan mencegah infeksiStandard Precautions are an effective means to protect patients and healthcare workers in controlling and preventing infection. The Health Belief Model (HBM) is a model predicting individual preventive health behavior Kepatuhan terhadap suatu standar merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bisa dijelaskan dengan model HBM. Menurut model tersebut, perilaku dipengaruhi oleh : persepsi terhadap manfaat, persepsi terhadap hambatan, persepsi terhadap keparahan, persepsi terhadap kerentanan dan isyarat tindakan. According to the model, behavior is influenced by: the perceives benefits, perceives barriers, perceives severity, perceives susceptability and cues to action. The purpose of this study examines predictors of the factor most related to the compliance of nurses in the application of standard precautions in the Emergency Room and Intensive Care Unit Ciamis and Tasikmalaya Hospitals.  Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan rancangan Cross Sectional .This type of analytic study is a correlation with Cross Sectional design. Subjek penelitian adalah 80 perawat yang bekerja di ruang IGD dan ICU RSUD Ciamis dan Tasikmalaya. Population subjects were 103 nurses working in the Emergency Room and Intensive Care Unit Ciamis and Tasikmalaya Hospitals. Based on rule of thumb, research subjects were 80 nurses working in the Emergency Room and Intensive Care Unit Ciamis and Tasikmalaya Hospitals. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Data were collected using questionnaires filled out by respondents. Data dianalisis menggunakan korelasi Pearson Product Moment dilanjutkan dengan uji multivariat dengan analisis regresi linier. Variabel yang memiliki p value < 0,05 dapat diartikan bahwa variabel tersebut memiliki hubungan dengan variabel dependennya. Data were analyzed using Pearson Product Moment correlation test followed by multivariate linear regression analysis. Variables that have a p value <0.05 means that the variable has a relationship with the dependent variable. Jika uji asumsi normalitas, homoscedascity dan uji multicollinearity terpenuhi, maka model dapat digunakan untuk memprediksi variabel kewaspadaan standar. If test assumptions of normality, multicollinearity homoscedascity and test are met, then the model can be used to predict the variable standard precautions. Hasil penelitian menunjukkan variabel persepsi terhadap manfaat (p value 0,004) dan kerentanan (p value 0,000) mempengaruhi variabel kewaspadaan standar The results showed a variable perceived benefit (r = 0,472, p value 0.004) and perceives susceptibility (r = 0,482, p value 0.000) affect the variable standard precautions. Nilai β terbesar yaitu 0,379 pada variabel persepsi terhadap kerentanan, sehingga variabel tersebut dominan mempengaruhi perawat dalam penerapan kewaspadaan standar, baik cuci tangan atau penerapan sarung tangan. Largest β value of 0.379 to the perceives susceptibility variable, so that the dominant variable affecting nurses in the application of standard precautions, both hand washing or application of wearing gloves.  Perceived susceptibility is most influences nurse’s standard precautions. Keywords: Health Belief Models (HBM), Compliance, Standard precautions.
PERBEDAAN KEJADIAN VENTILATOR ASSOCIATE PNEUMONIA PADA ORAL HYGIENE MENGGUNAKAN CHLORHEXIDINE GLUCONATE 0,12% DAN LISTERINE Joice Mermy Laoh
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.363 KB)

Abstract

ABSTRAKVentilator Associated Pneumonia (VAP) adalah nosokomial pneumonia yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif, khususnya pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik selama 48 jam. Kejadian VAP cukup tinggi, bervariasi antara 10–25% dan angka kematiannya berkisar  10-40%,  serta bisa mencapai 76% pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik yang disebabkan oleh kuman patogen dan penumpukan sekret di trakea. Memberikan oral hygiene, dapat mengurangi kejadian VAP. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengaruh oral hygiene yang menggunakan chlorhexidine gluconate 0,12% dengan listerine terhadap kejadian VAP di ruang perawatan intensif. Penelitian dilakukan di ruang perawatan intensif  RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jenis penelitian uji klinis dengan disain Non randomized Concurrent Control Trial. Sampel adalah pasien kritis yang terpasang ventilasi mekanik (ventilator) dan terintubasi. Cara pengambilan sampel  menggunakan cara consecutive sampling, Jumlah sampel kelompok chlorhexidine gluconate 0,12%   dan listerine masing-masing 20 orang. Data kejadian VAP dikumpulkan setelah 48 jam (pada hari ketiga) perawatan melalui daftar checklist pemeriksaan yang menggunakan Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS). Mengetahui perbedaan pengaruh oral hygiene yang menggunakan chlorhexidine gluconate 0,12% dengan listerine terhadap kejadian VAP digunakan Chi Square Test. Hasil; Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada sampel yang menggunakan oral hygiene chlorhexidine glukonate 0,12% sebanyak 3 orang (15%). Sedangkan yang tidak mengalami VAP sebanyak 17 orang (85%). Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada sampel yang menggunakan oral hygiene listerine sebanyak 13 orang (65%), sedangkan yang tidak mengalami VAP sebanyak 7 orang (35%). Kejadian VAP pada kelompok perlakuan yang menggunakan chlorhexidine gluconate 0,12% lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok listerine.   Kata Kunci : Chlorhexidine gluconate 0.12%,  Listerine, Oral hygiene, Ventilator Associated Pneumonia (VAP) ABSTRACT Ventilator Associated Pneumonia (VAP) is a nosocomial pneumonia is the most frequently encountered in intensive care units, particularly in patients using mechanical ventilation for 48 hours. VAP incidence is quite high, varying between 10-25% and mortality ranges from 10-40%, and can reach 76% in patients using mechanical ventilation caused by pathogenic bacteria and accumulation of secretions in trachea, Provide oral hygiene, can reduce the incidence of VAP. Research purposes to determine the difference effect of oral hygiene using a 0.12% chlorhexidine gluconate with listerine on the incidence of VAP in intensive care. The study was conducted in intensive care RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung. This type of research design with a nonrandomized clinical trials Concurrent Control Trial. The sample is mounted in critically ill patients mechanically ventilated (ventilator). Method of sampling using consecutive sampling. The number of sample groups of chlorhexidine gluconate and 0.12% respectively listerine 20. VAP incidence data were collected after 48 hours (third day) treatment through the list of inspection checklist using the Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS). Knowing the difference in the influence of oral hygiene using a 0.12% chlorhexidine gluconate with listerine on the incidence of VAP used Chi Square Test. Result. Incidence of Ventilator Associated Pneumonia (VAP) in the sample using the oral hygiene as much as 0.12% chlorhexidine glukonate 3 people (15.0%). While that does not have as many as 17 people VAP (85.0%). Incidence of Ventilator Associated Pneumonia (VAP) in the sample using listerine oral hygiene as much as 13 people (65.0%), while VAP who did not experience as many as 7 people (35.0%). Incidence of VAP in the group treated using chlorhexidine gluconate 0.12% lower when compared with the listerine group. Keywords : Chlorhexidine gluconate 0.12%, Listerine, Oral hygiene, Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
FAKTOR–FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Kartika Rahayuningtyas; Windy Rakhmawati; Purwono P. p
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.51 KB)

Abstract

ABSTRAK Kontributor utama dua pertiga kematian bayi adalah kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) yang menurut Manuaba (1998) dipengaruhi oleh faktor ibu, kehamilan, janin, dan faktor yang masih belum diketahui. Rerata kejadian BBLR tertinggi terjadi di Puskesmas Pamulihan (8,7%) pada tahun 2006-2008 dan terendah terjadi di Puskesmas Tanjungmedar (1,2%). Faktor ibu merupakan faktor yang masih bisa dilakukan intervensi agar tidak terjadi BBLR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Puskesmas Pamulihan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Tahun 2008.  Jenis penelitiannya korelasional yang bersifat kuantitatif. Teknik pengambilan sampel purposive sampling berjumlah 60 orang ibu bersalin yang memiliki bayi lahir hidup dan memeriksakan kehamilannya. Pengumpulan data dengan studi dokumentasi medical record kemudian dianalisis dengan univariat dan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor ibu yang berhubungan signifikan dengan kejadian BBLR adalah status gizi, umur, jarak kehamilan, penyakit menahun yang dialami, pekerjaan ibu pada saat hamil dengan ρ value  berturut-turut 0.004, 0.036, 0.045, 0.003, 0.016. Saran yang dikemukakan antara lain perlu peningkatan cakupan pelayanan antenatal, screening status gizi ibu sebelum hamil, tetap menjaga keberhasilan program KB, serta kerjasama lintas sektoral untuk umur berisiko dan penyediaan air bersih. Kata Kunci : Ibu, Bayi, Berat Lahir Rendah ABSTRACT The main contributor fetal mortality is low birth weight baby (LBWB) which according Manuaba (1998) caused by mother’s, pregnancy’s, fetus’s, and others factor. The average of the highest LBWB at Pamulihan PHC (8,7%) in 2006-2008. Maternal’s factor can be intervented to prevent LBWB. The aim is curious mother’s factors which correlated with LBWB in Pamulihan PHC Health Departement Sumedang Regency in 2008. This research is a correlational quantitative. Sample technique is purposive with 60 delivery mother who has baby and checked her pregnancy. Data collected with documentation then analyzed with univariate and chi-square. The result showed mother’s factors which correlate significantly is nutrient status, age, spacing pregnancy, chronic disease, activity of mother when pregnant with ρ value 0.004, 0.036, 0.045, 0.003, 0.016 respectively. Suggestion is increasing lack of proper antenatal care maternal screening nutrient before pregnant, keep successful family planning program, cooperating for risk age and water supply. Keywords : Mother, Baby, Low Birth Weight
FREKUENSI NAFAS BAYI YANG MENGGUNAKAN VENTILATOR SEBELUM DAN SESUDAH PRONASI Ari Kusumaningrum
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.369 KB)

Abstract

ABSTRAK Penerapan posisi pada bayi merupakan tindakan keperawatan yang sering dilakukan oleh perawat. Penerapan posisi yang tepat sesuai dengan bukti ilmiah dan mendukung kesembuhan pasien sangat diperlukan. Posisi pronasi telah diketahui sebagai  posisi yang mendukung perbaikan status oksigenasi pada bayi yang mengalami masalah pernafasan dibandingkan dengan posisi supinasi, namun demikian posisi pronasi seringkali dikaitkan dengan SIDS (Suddent Infant Death Sindrom). Perawat di Ruang Perinatologi seringkali memposisikan bayi dalam posisi pronasi namun belum didokumentasikan dengan baik sehingga belum diketahui dampaknya terhadap frekuensi nafas. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan frekuensi nafas bayi sebelum dan sesudah posisi pronasi pada saat menggunakan ventilator. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pre eksperimental. Rancangan yang dilakukan adalah jenis one group pre test post test. Jumlah sampel sebanyak 18 bayi dengan karakteristik umur rata-rata 44,78±25,06, laki-laki 61%; perempuan 39%; berat lahir 2008,33±977,84; mode ventilator dibatasi pada pressure support, synchronized intermitten mandatory ventilation dan asist control,dan lama ventilator 36,67 ±19,57. Uji hipotesis dilakukan adalah wilcoxon dan Friedman dengan melihat frekuensi nafas bayi yang menggunakan ventilator sebelum dan sesudah 30 menit, 1 jam dan 2 jam pronasi. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna frekuensi nafas bayi sebelum dan sesudah 30 menit, 1 jam dan 2 jam pronasi (P=0,027, α=0,05). Implikasi keperawatan yang direkomendasikan bahwa perlu ditingkatkan penerapan Posisi Pronasi (PP) pada bayi dalam kondisi stabil dan dalam proses penyapihan (weaning). Implikasi penelitian diharapkan adanya penelitian dengan jumlah sampel yang besar dan dengan desain quasi eksperiment atau true eksperiment dengan pengontrolan terhadap variabel perancu yang lebih ketat. Analisa dan pembuktian untuk mengetahui waktu PP yang tepat juga diperlukan. Kata Kunci : Bayi, Frekuensi nafas, Posisi pronasi, Ventilator   ABSTRACT Aplying position in infant is one of the nursing actions which be done by nurses frequently. We need evidence based and support to healing the patients  by applying the right position.  The prone position (PP) has been known as a position were support and improve of oxygenation in infants who respiratory problems compared with the supine position, however the PP often associated with SIDS (Suddent Infant Death Syndrome). Nurses in Perinatologi were aplyied PP to baby but has not been well documented yet so unknown impact on the respiratory rate.  The study was conducted to determine the frequency difference before and after PP in infant when using a ventilator. The research design is pre experimental one group pretest-posttest.  Sample of this research is 18 babies by characteristics; age of 44,78±25,06 days; boys 61%; girls 39%; birth weight: 2008,33±977,84; mode of ventilator: pressure support; used synchronized intermittent mandatory ventilation and assist control; and length of use ventilator: 36,67±19,57 days.  The result shows that there are significance differences of respiratory rate in infant who received ventilator before and after aplying on PP (p=0,027, α=0,05). From that research, the recommendation of nursing implication is to improving PP intervention to babies who are in stable condition and weaning process. It is needed to conduct an advanced research with a big amount of sample, conducted by quasi experiment or true experiment method with custody variable controlling. It is also needed more analyzes for the correct PP time. Keywords : Infant, Respiratory rate, Prone position,    Ventilator
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG RISIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE Puput Antika Sari; Ida Maryati; Tetti Solehati
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.707 KB)

Abstract

ABSTRAK Kehamilan risiko tinggi merupakan faktor utama tingginya angka kematian ibu di seluruh dunia. Angka kematian di Indonesia salah satunya dikarenakan masih rendahnya pemanfaatan pelayanan antenatal sedangkan antenatal care yang merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dini adanya risiko tinggi kehamilan. Di Kota Bandung kasus kematian ibu pada tahun 2010 mencapai 25 kasus dengan cakupan kunjungan pelayanan antenatal yang masih di bawah batas minimal yaitu 90,60% untuk K4. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang risiko tinggi kehamilan dan kepatuhan kunjungan antenatal care. Penelitian ini berbentuk deskriptif korelasional dengan pendekatan studi cross sectional. Sampel yang terlibat adalah 66 ibu post-partum dengan riwayat kehamilan risiko tinggi yang sedang mendapatkan perawatan di ruang nifas RSKIA Kota Bandung pada bulan Mei 2011. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi, sedangkan untuk analisis data menggunakan presentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 48,5% dari total responden berpengetahuan cukup tentang risiko tinggi kehamilan, 57,6% responden tidak mematuhi jadwal kunjungan antenatal care, dan terdapat hubungan yang rendah antara kedua variabel dengan p value 0,046. Dari hasil penelitian ini diharapkan pelayanan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang risiko tinggi kehamilan melalui pendidikan kesehatan sebagai rangkaian pelayanan antenatal care dan pemanfaatan buku KIA secara maksimal.   Kata Kunci : Antenatal care, Kepatuhan, Pengetahuan, Risiko tinggi kehamilan ABSTRACT High risk pregnancy is a major factor in high rates of maternal mortality worldwide. In Indonesia, maternal mortality rate followed by the low utilization of antenatal care, while antenatal care is one way to detect the early presence of high risk pregnancies. In Bandung, the maternal mortality case in 2010 reached 25 cases and coverage of antenatal care visits are still below the minimum limit, it was 90,60% for K4. This study aims to look at the relationship between maternal knowledge about high risk pregnancy and antenatal care visit adherence. This research was a descriptive correlational research with cross sectional study. The sample involved was 66 post-partum mothers with a history of high risk pregnancies who were getting treatment in postpartum ward of RSKIA Bandung. Questionnaires and observation sheets were used to collect the data. The results of this study showed that 48.5% of the total respondents knowledgeable enough about high-risk pregnancies, 57.6% of respondents did not comply with the schedule of antenatal care visits, and there was a low relationships between those two variables. From the results of this research, health services is expected to increase knowledge of high risk pregnant women about pregnancy through health education as a series of antenatal care and utilization of MCH book maximally. Keywords : Antenatal care, Adherence, Knowledge, High risk pregnancy
INTERAKSI PASIEN, KELUARGA DAN PETUGAS KESEHATAN DALAM PERAWATAN AKHIR-HIDUP PASIEN SAKIT TERMINAL Etika Emaliyawati
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.76 KB)

Abstract

ABSTRAK Meningkatnya jumlah klien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS memerlukan perawatan dan pelayanan kesehatan paliatif. Ketika seorang klien divonis menderita suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan, seketika itu pula kematian sudah berada di pelupuk mata. Literature review ini membahas hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan mengenai perawatan akhir-hidup (end of life care) dan proses kematian (dying) dari pasien yang menderita sakit terminal dalam berbagai kondisi baik dari segi kesehatan fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual. Dibahas pula mengenai peran dari berbagai stakeholder yang terlibat dalam layanan perawatan akhir-hidup, termasuk pasien yang bersangkutan, keluarga dekat pasien dan pengambil keputusan, serta petugas kesehatan (dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya). Tujuan penulisan literatur review ini untuk memberikan tambahan wawasan mengenai perawatan pasien  terminal yang akan menghadapi akhir hidup, harapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan bagaimana perspektif petugas kesehatan terhadap masalah ini. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam, dan pengamatan. Informan terdiri dari pasien, keluarga, dan petugas kesehatan. Setting dari perawatan akhir hidup yaitu di lingkungan panti perawatan dan rumah sakit terhadap komunitas pasien lansia dalam lingkup perawatan paliatif. Terdapat 3 tema yang didapatkan yaitu pasien yang akan menghadapi akhir hidup, keluarga pasien dengan penyakit terminal dan petugas kesehatan dalam memberikan perawatan pada pasien dengan penyakit terminal. Perlu kiranya untuk meningkatkan kualitas perawatan paliatif khususnya pada proses kematian dan akhir kehidupan di berbagai setting/tempat perawatan. Kata Kunci: Akhir-hidup, Lansia, Perawatan paliatif, Proses kematian, Sakit terminal ABSTRACT The increasing of clients with diseases that can not be cured in both adults and children such as cancer, degenerative diseases, chronic obstructive pulmonary disease, cystic fibrosis, stroke, Parkinson's, heart failure / heart failure, genetic diseases and infectious diseases such as HIV / AIDS need care and the palliative health services. This review paper discussed published findings from studies on the role and interaction among patients, their families and health workers in End-of-Life (EOL) care and dying of terminally ill patients with various physical health conditions, mental, environment and background. This paper discussed the roles of various stakeholders involved in end-of-life care, including the patients, close relatives and decision makers, and health workers including physicians, nurses, and other health related workers. The purpose of this literature review to provide additional insight into the treatment of terminal patients who face end of life, the family hopes to health care and how health perspective on the issue. The method used is descriptive qualitative. Data collection by conducting in-depth interviews, and observations. Informants consisted of patients, families, and health workers. Setting of the end of life care in a nursing home environment and community hospitals for elderly patients in the palliative care setting. There are three themes that will be found that patients facing end of life, families of patients with terminal illness and health workers in providing care to patients with terminal illness. It is important to improve the quality of the palliative care, especially in the process of death and the end of life in various settings of care. Keywords: End of life, Elderly, Dying, Terminally ill, Nursing home
PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TENTANG TANDA-TANDA DAN PENANGANAN HIPOGLIKEMIA DI RUMAH Ekawati Anggorokasih; Okatiranti Okatiranti; Galih Jatnika
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.528 KB)

Abstract

ABSTRAK Hipoglikemia menduduki peringkat kedua kasus komplikasi akut terbanyak setelah ketoasidosis pada klien Diabetes Melitus tipe 2. Gejala hipoglikemia dapat terjadi mendadak dan tanpa terduga sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien DM tipe 2 tentang tanda-tanda dan penanganan hipoglikemia di rumah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Responden penelitian adalah semua pasien diabetes melitus tipe 2 yang berjumlah 285 orang yang berkunjung ke poliklinik penyakit dalam RSUD Kota Bandung, dengan tehnik purposive sampling didapatkan anggota sampel 74 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket tertutup berbentuk pilihan benar dan salah. Data diolah dengan menggunakan distribusi persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 44 responden (59,46%) memiliki pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda dan penanganan hipoglikemia, 24 responden (32,43%) mempunyai pengetahuan yang baik, sedangkan 6 responden (8,11%) lainnya memiliki pengetahuan yang kurang. Pengetahuan yang cukup pada pasien diabetes melitus tipe 2 dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, dan media massa atau informasi. Kata Kunci : Hipoglikemia, Pasien Diabetes Melitus tipe 2, Pengetahuan ABSTRACT Hypoglycemia is ranked second most cases of acute complication after ketoacidosis in type 2 diabetes melitus (DM). Symptoms of hypoglycemia may occur suddenly and unexpectedly. People with diabetes should have to have enough knowledge about the signs and treatment of hypoglycemia. This study aims to identify type 2 DM patients' knowledge about the signs and treatment of hypoglycemia in the home. The method used is descriptive exploratory.  Participants were outpatients with DM type 2 who visiting outpatients Hospital kota Bandung. Number of participants were 74.Data collection used quiestionnaire. Data analysis used distribution percentages.The results showed that 44 respondents (59.46%) have sufficient knowledge about the signs and treatment of hypoglycemia, 24 respondents (32.43%) had good knowledge, while 6 respondents (8.11%) others have least knowledge. sufficient knowledge in patients with type 2 DM is influenced several factors such us education, experience, and the mass media or information. Keywords : Hypoglycemia, Patients with  tipe 2 diabetes melitus, Knowledge
GAMBARAN ADVERSITY QUOTIENT PADA TAHANAN REMAJA DI RUMAH TAHANAN KELAS 1 BANDUNG Nita Fitria; Taty Hernawaty; Iyus Yosep
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.028 KB)

Abstract

ABSTRAK Adversity Quotient (AQ) merupakan suatu bentuk pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam merespons suatu tantangan atau kesulitan dalam kehidupannya untuk mencapai suatu keberhasilan. Salah satu tantangan dan kesulitan bagi tahanan yang berusia remaja adalah proses pembinaan  selama di rumah tahanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran adversity quotient  tahanan remaja di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah total populasi dengan jumlah sampel 44 orang remaja tahanan pada bulan Agustus 2011. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi dari Adversity Response Profile Quick TakeTM. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini 0% berada pada kisaran kelompok climber, 22,72% berada pada kisaran peralihan camper ke climber, 45,45% perawat berada pada kisaran kelompok camper, 22,72% pada kisaran peralihan quitter ke camper. Saran dari penelitian ini adalah untuk diadakannya peneltian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Adversity Quotient remaja tahanan di Rumah Tahanan Negera Kelas 1 Bandung. Kata Kunci : Adversity Quotient, Rumah Tahanan Kelas 1  Bandung, Tahanan Remaja ABSTRACT Adversity Quotient (AQ) is a form of measurement used to determine a person's ability to respond to a challenge or difficulty in achieving a successful life. Some of the challenges and difficulties for adolescent in, pressure from house state inmate The purpose of this study to know the description of adversity quotient adolescent in House state inmate Class 1 Bandung.The research design used is quantitative descriptives. The sampling technique used is total population with 44 people adolescent in August 2011. The measurement used in this study is a modification of the data collection involved Adversity Response Profile Quick TakeTM .The results obtained from this study showed 0% of adolescent in the range of climbers group, 22,72 % in the range of transitional camper to climbers, 45,45% adolescent are in the range camper group, 22,72 % in the range of the transition to a camper quitter and 9,09% group quitter. Suggestions from this study is to further the holding of the other research on the factors of influence Adversity Quotient in House state inmate Class 1 Bandung Keywords : Adversity Quotient, House state inmate Class 1 Bandung, Adolescent

Page 1 of 1 | Total Record : 9