cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
KALPATARU
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 26 No. 2 (2017)" : 10 Documents clear
Geologi situs paleolitik das kikim, kabupaten lahat, provinsi sumatra selatan. Muhammad Fadhlan Syuaib Intan
KALPATARU Vol. 26 No. 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v26i2.273

Abstract

Lahat is one of the districts within the province of South Sumatra, the site of research, saving many cultural remains, one of them from the paleolithic period, which for so long received no attention from environmental researchers. This is the basis of the main problems that cover geology in general. Therefore, the purpose of this study is to conduct surface geology mapping in general as an effort to present geological information, while the aim is to know the geomorphological aspects, stratigraphy, geological structures associated with existence in paleolithic sites of research area. The research method begins with literature review, survey, analysis, and interpretation of field data. Environmental observations provide information about the landscape consisting of terrestrial morphology units, weak corrugated morphology units, and strong corrugated morphology units. The rivers are in the Old River, the Adult River, and Periodic /Permanent River. The constituent rocks are Gumai Formation, Benakat Air Formation, Muara Enim Formation, Kasai Formation, and alluvial. The geological structure is a strike slip fault that flows northeast-southeast. The study was conducted on the Kikim River, Lingsing River, and Pangi River, which stretches from east to west with direction from south to north. Exploration in the Kikim Basin, Lahat District has managed to find 30 paleolithic sites.Keywords: Geology, Pleistocene, Paleolithic, Open SiteABSTRAKLahat merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatra Selatan yang menjadi lokasi penelitian, menyimpan banyak tinggalan budaya, salah satunya dari masa paleolitik, yang sekian lama tak mendapat perhatian dari para peneliti lingkungan. Hal inilah yang dijadikan dasar permasalahan utama yang mencakup geologi secara umum. Oleh sebab itu, maksud penelitian ini dalah untuk melakukan pemetaan geologi permukaan secara umum sebagai salah satu upaya untuk menyajikan informasi geologi, sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui aspek-aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi yang dikaitkan dengan keberadaan di situs-situs paleolitik wilayah penelitian. Metode penelitian diawali dengan kajian pustaka, survei, analisis, dan interpretasi data lapangan. Pengamatan lingkungan memberikan informasi tentang bentang alamnya yang terdiri dari satuan morfologi dataran, satuan morfologi bergelombang lemah, dan satuan morfologi bergelombang kuat. Sungainya berstadia Sungai Tua, Sungai Dewasa-Tua, dan Sungai Periodik/Permanen. Batuan penyusun adalah Formasi Gumai, Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, Formasi Kasai, dan aluvial. Struktur geologi berupa patahan geser yang berarah timur laut-tenggara. Penelitian dilaksanakan di Sungai Kikim, Sungai Lingsing, dan Sungai Pangi, yang membentang dari timur ke barat dengan arah aliran dari selatan ke utara. Eksplorasi di DAS Kikim, Kabupaten Lahat telah berhasil menemukan 30 situs paleolitik. Kata kunci: Geologi, Plistosen, Paleolitik, Situs Terbuka
Lingkungan dan Lansekap Situs Kampung Kuno Kao: Faktor Determinasi Permukiman dan Pusat Islamisasi di Halmahera Utara Wuri Handoko; Muhammad Al Mujabuddawat
KALPATARU Vol. 26 No. 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v26i2.298

Abstract

Abstract. Kao Old Village Site, is a fairly developed settlement site during the early Islamization in the hinterland of North Halmahera. Environmental and landscape characteristics Watersheds, wetlands and agricultural lands are the reasons for the selection of past settlement sites, especially early in the development of Islam in the North Halmahera region. This study focuses on archaeological surveys to look at archeological data relationships both artefactual and features as well as the environment, which explains that the carrying capacity of the environment in the Old Kao Kampug Site is a factor determining the rapid progress of a region to live. The results showed that based on the distribution and density of archaeological remains, the Kao Old Village Site is a fairly dense settlement site, in addition to the environmental carrying capacity to be the source of production and economic resources, a factor that determines the development of the region as a residential area. Environmental data indicate the existence of a very advanced source of production and economic population, even part of the process of exchange and commerce with other outside areas in the chain of trade and network Islamization in the region of North Halmahera. In addition to landscape or landscape conditions, it is an environmental characteristic in the spatial distribution process, which shows the prevailing patterns and cultural systems of society, and this shows that the cultural traits of the community at that time were prosperous.Abstrak. Situs Kampung Tua Kao merupakan situs permukiman yang cukup berkembang pada masa awal Islamisasi di wilayah pedalaman Halmahera Utara. Karakteristik lingkungan dan lansekap Daerah Aliran Sungai, lahan basah, dan lahan pertanian merupakan alasan pemilihan lokasi permukiman penduduk pada masa lampau, terutama masa awal perkembangan Islam di wilayah Halmahera Utara. Kajian ini menitikberatkan pada survei arkeologi untuk melihat hubungan data arkeologi baik artefaktual maupun fitur serta lingkungan, yang menjelaskan bahwa daya dukung lingkungan di wilayah Situs Kampug Tua Kao merupakan faktor yang menentukan maju pesatnya suatu wilayah untuk bermukim. Hasil penelitian berdasarkan sebaran dan kepadatan temuan arkeologi menunjukkan Situs Kampung Tua Kao merupakan situs permukiman yang cukup padat. Selain itu, daya dukung lingkungan yang menjadi sumber produksi dan sumber ekonomi menjadi faktor yang sangat menentukan berkembangnya wilayah ini sebagai wilayah permukiman penduduk. Data lingkungan menunjukkan adanya sumber produksi dan ekonomi penduduk yang sangat maju, bahkan menjadi bagian dari proses pertukaran dan perniagaan dengan wilayah-wilayah lainnya dalam mata rantai perdagangan dan jaringan Islamisasi di wilayah Halmahera Utara. Kondisi bentang lahan atau lansekap yang merupakan karakteristik lingkungan dalam proses distribusi ruang menunjukkan pola dan sistem budaya masyarakat yang berlaku, dan hal ini menunjukkan ciri budaya masyarakat pada masa itu sudah sangat berkembang.
ANALISIS PHYTOLITH DAN STARCH UNTUK STUDI ARKEOLOGI LINGKUNGAN Alifah Alifah
KALPATARU Vol. 26 No. 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v26i2.308

Abstract

Environmental issues in archaeology have become a very interesting theme to be researches. Those theme relates to landscapes, environmental changes, site formation and human adaptation processes. Faunal ecofact and artifact are commonly used as research data nowdays. Analysis of plants residu are less common because of the scarcity of those remains in the archaeological sites,especially prehistory. This paper attempts to explain some possible uses of microscopic plant residua analysis in the form of phytolith and starch for environmental studies. The method used in this paper is literature study on microbotani  as well as imitation experiments by combining several methods ever undertaken by previous researchers. This study shows that the  plants remains , especially the microbotany form of phytolith and starch provide significant information about the types of plants in the pass, environmental changes and their utilization by humans.
Petrographic analysis on prehistoric-protohistoric pottery of Northern coastal sites of central java: “early studies of environmental archaeology”. Gunadi Kasnowihardjo
KALPATARU Vol. 26 No. 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v26i2.312

Abstract

AbstractPottery or often called gerabah is one of the results of technology that developed in the neolithic period, until now some people in Central Java in general and in the northern coast of Rembang regency in particular still found pottery craftsmen, one of them is in Balong Mulyo Village, Kragan District, Regency of Rembang. To get raw materials such as clay and sand, Balong Mulyo pottery craftsmen apparently make use of natural resources in their environment. As one artifact made from clay and sand materials, petrographically pottery can be analyzed type content and mineral percentage. The results of an analysis of petrographic samples of pottery fragments from prehistoric-protohistoric sites in the northern coast of Central Java such as Binangun, Leran, Plawangan and Tanjungan sites, have in common with the pottery samples from Balong Mulyo. This is one of the benefits of applying petrographic studies in archaeological research. In addition, the results of this petrographic study can provide an explanation that prehistoric-protohistoric humans in the northern coastal area of Central Java to meet their daily needs have utilized the natural resources of their environment, one of which is in pottery technology.Keywords: Pottery, Neolithic, Petrographic analysis, Raw material, Environment. Abstrak            Tembikar atau sering disebut gerabah adalah salah satu hasil teknologi yang berkembang pada masa neolitik, hingga sekarang sebagian masyarakat di Jawa Tengah umumnya dan di daerah pantai utara Kabupaten Rembang khususnya masih ditemukan pengrajin tembikar, salah satu di antaranya adalah di Desa Balong Mulyo, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Untuk mendapatkan bahan baku seperti tanah liat dan pasir, para pengrajin tembikar Balong Mulyo rupa-rupanya memanfaatkan sumberdaya alam di lingkungan mereka. Sebagai salah satu artefak yang dibuat dari bahan baku tanah liat dan pasir, secara petrografis tembikar dapat dianalisis kandungan jenis dan prosentasi mineralnya. Hasil analisis petrografi sampel fragmen tembikar dari situs-situs prasejarah-protosejarah di kawasan pantai utara Jawa Tengah seperti Situs Binangun, Leran, Plawangan, dan Tanjungan, secara garis besar memiliki kesamaan dengan sampel tembikar dari Balong Mulyo. Inilah salah satu manfaat penerapan kajian petrografi dalam penelitian arkeologi. Selain itu, hasil kajian petrografi ini dapat memberikan penjelasan bahwa manusia prasejarah-protosejarah di kawasan pantai utara Jawa Tengah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka telah memanfaatkan sumberdaya alam lingkungannya, salah satu di antaranya adalah dalam teknologi pembuatan tembikar.Kata Kunci:  Tembikar, Neolitik, Analisis petrografi, Bahan baku, Lingkungan
Etnobotani Sagu (Metroxylon sagu) warisan Budaya Masa Sriwijaya di Lahan Basah Air Sugihan, Sumatera Selatan. Vita Vita
KALPATARU Vol. 26 No. 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v26i2.314

Abstract

Abstract. Sago (Metroxylon sagu) is one of potential carbohydrate source which had been used by people since pra-Sriwijaya (2-5 masehi century). Unfortunately  at the moment,  The community of sago  vegetation is rare to be found in Air Sugihan site. Why did that happen. Could sago did not important anymore or the ignorant of people about the advantages of sago. or may be this vegetation  could not growth anymore in present environment.  Therefore, Field survey and Ethnobotany study have to be done by describing/grouping (taxonomy plants) habitat and benefit of sago. The result of this study shown that people had change the growth area of sago into paddy field /plantation. Sago is included in Arecacceae (palmae) group. It has typical form and habitat. Beside that it also has a lot of advantages, its leave could be used as roof house and house wares, its midribs for house wall, its pith for food as sago flour. The skin rod for fuel and house floor. The young rod for fodder, even the former slash could be used as the media of sago caterpillar. From this discussion, could be concluded that Sago Plant is important in preserving the balance of environment, especially in the ground water. All parts of this plant also have an advantages not only in daily living but also in modern industry. Key word : Ethonobotany, taxonomy plants, environment, habitat  Abstrak. Sagu (Metroxylon sagu) merupakan salah satu sumber karbohidrat potensial yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak pra-Sriwijaya (abad ke-2-5 Masehi), tetapi saat ini disalah satu wilayah bekas kerajaan Sriwijaya yaitu Situs Air Sugihan komunitas tumbuhan sagu sudah jarang ditemukan. Mengapa hal tersebut bisa terjadi. Apakah mungkin sagu tidak begitu penting lagi, ataukah masyarakat kurang mengetahui manfaat sagu (Metroxylon sagu)  dalam kehidupan, ataukah jenis ini tidak dapat tumbuh dan berkembang lagi dengan keadaan lingkungan sekarang. Untuk itu diperlukan survei lapangan dan studi etnobotani melalui pendekripsian/pengelompokan (taksonomi tumbuhan), habitat dan manfaat tumbuhan sagu. Dari hasil pengamatan ini diketahui bahwa masyarakat telah merubah lahan tempat tumbuhnya sagu menjadi areal persawahan / perkebunan. Sagu yang masuk dalam kelompok Arecacceae (Palmae) ini mempunyai bentuk dan habitat yang khas serta berbagai manfaat seperti daunnya untup atap rumah, peralatan rumah tangga; pelepah untuk dinding rumah; empulur untuk bahan makanan berupa tepung sagu; kulit batangnya untuk bahan bakar dan lantai rumah; batang muda untuk makanan ternak dan bekas tebangannyapun sebagai media ulat sagu. Dari bahasan ini disimpulkan bahwa tumbuhan sagu berperanan penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan, terutama dalam menjaga kestabilan air tanah, seluruh organ dari tumbuhan inipun mempunyai manfaat baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri modern saat ini. Kata kunci: Etnobotani, Taksonomi tumbuhan, Lingkungan, Habitat
Hasil Analisis Mikrofosil Tumbuhan (phytolith) Situs Wineki dan Padang Hadoa, di Kawasan Lembah Besoa, Sulawesi Tengah. rooseline linda octina
KALPATARU Vol. 26 No. 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v26i2.317

Abstract

Phytoliths are plant microfossil made of silica that varies in shape and size. Variations of form happen when silica in soil is absorbed by plants then transported and deposited in various parts of plant cells. When the plant dies, the plant's organic matter decomposes and leaves the inorganic material of silica, which we know by the name of phytoliths. Silica can survive in various environmental conditions, That’s make phytoliths are important data for scientific research including archeology. Phytoliths analysis on soil samples from prehistoric  Besoa Valley’s site aimed to reveal past environmental conditions and also find out the possibility of an economical plant utilization. Extraction performed on 18 soil samples from Wineki (box K1) and the Padang Hadoa sites (box K2 and K3). Techniques were performed using Sodium Polytungstate heavy flotation. Phytoliths identification results reveal palmae plants dominate the entire site, other phytolith derived from sample are Poaeceae, Cyperaceae and also two types of economic plants Oryza and Musaceae. Difference vegetation on past (dominated by palm) and current conditions (dominated by grasses)can indicate their changing environmental conditions either due to natural or due to human intervention. The existence of Oryza and Musaceae in Padang Hadoa sites can be an indication of the use by Padang Hadoa’s prehistoric occupant.Keyword : phytolith, Besoa Valley, Oryza, Musaceae  Phytoliths merupakan mikrofosil tumbuhan berbahan silica yang bervariasi secara bentuk dan ukuran. Variasi bentuk phytolith terjadi ketika silica dalam tanah terserap oleh tumbuhan kemudian terangkut dan terdeposisi pada bermacam bagian sel tumbuhan. Ketika tumbuhan mati, material organic tumbuhan membusuk dan meninggalkan material anorganik berupa silica yang kemudian kita kenal dengan nama phytoliths. Sifat silica yang dapat terawetkan diberbagai kondisi lingkungan menjadikan phytoliths data penting bagi penelitian ilmiah termasuk bagi arkeologi. Analisis phytoliths pada sampel tanah dari kawasan prasejarah Lembah Besoa ini bertujuan untuk mengungkapkan kondisi lingkungan masa lalu dan juga mengetahui kemungkinan adanya pemanfaatan tumbuhan. Ekstraksi dilakukan pada 18 sampel tanah dari Wineki ( kotak K1 ) dan situs Padang Hadoa ( kotak K2 dan K3 ). Teknik yang dilakukan yakni dengan pengambangan menggunakan mineral berat Sodium Polytungstate. Hasil identifikasi mengungkapkan tumbuhan jenis palem mendominasi seluruh situs dibandingkan dengan jenis tumbuhan lain. Jenis tumbuhan lain yang dapat diidentifikasi dari sampel yaitu jenis   Poaeceae, Cyperaceae dan juga dua jenis tumbuhan ekonomis Oryza dan Musaceae. Perbedaan vegetasi di masa lalu (yang didominasi oleh palem) dan kondisi saat ini (didominasi oleh rumput ) dapat menunjukkan adanya perubahan kondisi lingkungan baik karena alam atau karena campur tangan manusia. Keberadaan Oryza dan Musaceae di situs Padang Hadoa dapat menjadi indikasi adanya pemanfaatan jenis tumbuhan tersebut oleh manusia pendukung situs Padang Hadoa ini.Kata kunci: phytolith, Lembah Besoa, Oryza, Musaceae
Cover Kalpataru Volume 26, Nomor 2, Tahun 2017 redaksi arkenas
KALPATARU Vol. 26 No. 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Apendix Kalpataru Volume 26, Nomor 2, Tahun 2017 redaksi arkenas
KALPATARU Vol. 26 No. 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Back Cover Kalpataru Volume 26, Nomor 2, Tahun 2017 redaksi arkenas
KALPATARU Vol. 26 No. 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/kpt.v26i2.446

Abstract

Preface Kalpataru Volume 26, Nomor 2, Tahun 2017 redaksi arkenas
KALPATARU Vol. 26 No. 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Page 1 of 1 | Total Record : 10